Mohon tunggu...
Aditya FirmansyachPutra
Aditya FirmansyachPutra Mohon Tunggu... Administrasi - sukses dunia akhirat

bersama kesulitan ada kemudahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kaya dan Miskin

11 Mei 2020   16:56 Diperbarui: 11 Mei 2020   16:57 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kaya dan miskin

Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahirabbil Alamin asyhadu alla ilaa ha illa allah wa asyhaduanna muhammadan rasulullah. Allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad. Segala puji dan syukur kepada Allah tuhan semesta Alam yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk bernafas sehingga saya bisa menulis artikel ini. Tujuan saya menulis artikel ini tidak lebih untuk mengingatkan diri saya pribadi, dan saya mengucapkan terimakasih kepada dosen dan teman-teman saya atas bimbingannya.

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan sedikit hal yang saya pelajari dari guru-guru saya, kita sebagai umat muslim harus menjadi orang yang pandai bersyukur dalam keadaan apapun. Kebanyakan umat muslim di jaman sekarang ketika mendapat sebuah keuntungan dalam berbisnis atau mencapai kesuksesan di dalam usaha mereka bangga, mereka gembira. Akan tetapi, ketika mereka mendapatkan sebuah ujian dari Allah mereka malah mengeluh. 

Ketahuilah kekayaan dan kemiskinan itu merupakan sebuah ujian kedua-duanya. Ketika kaya di uji dengan seberapa dermawannya orang tersebut, dan ketika miskin di uji dengan seberapa bersabarnya dan seberapa banyak rasa syukurnya orang tersebut. Kedua-duanya merupakan bentuk ujian dari Allah, maka yang kaya jangan terlalu bangga sehingga mati-matian dalam mengumpulkan harta hingga lupa dengan Allah yang maha kaya. Begitu pula yang miskin janganlah bersedih dan jangan berkeluh kesah atas kemiskinannya karena ketika kita bersabar atas hal tersebut maka kita akan mendapatkan pahala.

Yang menjadi mulia di hadapan Allah bukan diukur dari seberapa banyaknya harta yang ia kumpulkan, akan tetapi bagaimana dia memanfaatkan harta tersebut untuk dijadikan sebagai jalan menuju surganya Allah, misalnya harta tersebut diperuntukkan membangun masjid, membangun pondok pesantren, membangun rumah untuk memelihara anak yatim dan hal-hal lainnya yang membantu menegakkan Agama islam yang Allah ridhoi.

Demikian yang saya bisa tulis, kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Semoga Allah memberkahi kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun