Mohon tunggu...
Aditya Budi
Aditya Budi Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Lembaga Filantropi Nasional

Penulis receh di beberapa media online dan pembaca sastra serabutan. Aktif dalam kegiatan filantropi dan pemberdayaan ekonomi. Concern terhadap isu-isu kemiskinan, pemberdayaan sosial dan ekonomi islam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keberuntungan yang Berpola dan Cara Menciptakannya

3 Desember 2020   12:44 Diperbarui: 3 Desember 2020   12:48 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak ingin hidup beruntung alias bejo ? Hampir dipastikan bahwa semua orang pasti menginginkannya. Beruntung dalam karir, beruntung dalam bisnis, beruntung dalam berumahtangga dan segala bentuk keberuntungan lainnya dalam hidup. Karena beruntung adalah absoluditas fitrah positif setiap manusia.

Orang Jawa bilang "Wong pinter kalah karo wong bejo". Ada pula terminologi yang mengungkapkan bahwa beruntung adalah hasil kulminasi pertemuan antara kesiapan dan kesempatan. Lain lagi yang percaya bahwa keberuntungan adalah seperti melempar dadu, yang artinya hanya kebetulan semata diluar kendali kita. Apapun itu, semua sepakat bahwa beruntung adalah peristiwa atau keadaan yang diharapkan tersemat dan bekerja pada setiap proses hidup mereka.

Namun saya pribadi meyakini -- sebagaimana khalayak ramai pada umumnya -- bahwa keberuntungan tentu masih dalam sebuah skenario Tuhan Yang Maha Pengendali Segalanya. Artinya nasib bejo itu tak lain ujung peristiwa yang telah melewati proses arahan dari Tuhan. Namun belakangan ada hal yang membuat saya terdecak kagum pada sebuah penelitian bahwa sebuah kondisi yang kita sebut "beruntung" itu ternyata berpola.

Berpola dalam artian bahwa keberuntungan itu akan melekat pada diri seseorang yang memiliki pola sifat dan sikap tertentu. Tentu yang dimaksud adalah sikap ia dalam menjalani dan merespon keadaan pada setiap rongga-rongga kehidupan.

Saya menjadi semakin tersadar dan diingatkan kembali bahwa barangkali Tuhan telah menciptakan "makhluk" yang bernama beruntung itu dengan ekosistem yang siap bersenyawa dengannya. Artinya siapapun yang mau beruntung maka senyawailah sifat, sikap dan mindset kalian dengan entitas yang dicintai makhluk "beruntung" itu.

Adalah seorang Richard Wiseman, profesor psikologi dari Inggris yang belakangan pernah melakukan penelitan, apa perbedaan orang yang beruntung dengan yang tidak beruntung.  Profesor yang mengabdi di University of Hardfortshire ini mencoba mengetahui bagaimana sebuah peristiwa beruntung itu dapat melekat pada seseorang dan seberapa besar kesempatannya.

Sang professor mengawali penelitiannya dengan menguji terlebih dahulu orang yang mengaku beruntung dan yang merasa tidak beruntung. Hasilnya ternyata orang-orang beruntung memiliki skor lebih tinggi dalam hal sebuah sikap yang terbuka dan komunikatif dengan dunia luar, serta memperoleh kepuasan dengan hal tersebut (exstroversi). Dan sederhanaya adalah mereka (orang beruntung) tersenyum dua kali lebih sering kepada orang lain, menyapa dengan melibatkan kontak mata. 

Bisa diasumsikan bahwa sikap mereka yang seperti itulah yang mampu memanggil keberuntungan mendekat. Karena seseorang dengan sikap yang terbuka dan senang dengan bersosialisasi dengan orang banyak semakin memperbesar kemungkinan kesempatan untuk beruntung.

Sebaliknya, Profesor Wiseman menyatakan bahwa orang yang merasa tak beruntung memiliki skor dua kali lebih tinggi dalam hal neurotisme. Artinya semakin tinggi skor neurotisme seseorang maka ia akan semakin mudah stres, cemas, marah dan kekhawatiran yang berlebihan lainnya.

Studinya tentu berlangsung lama, ia juga memberikan perobaan dimana orang-orang objek penelitiannya diberi Koran dan diminta untuk menemukan sejumlah foto di dalamnya. Orang-orang yang merasa tak beruntung mampu menemukan dalam waktu kurang lebih dua menit. Namun ternyata orang yang merasa beruntung mampu menemukan foto hanya dalam hitungan detik.

Dari sejumlah temuannya tersebut, Profesor Wiseman menyimpulkan bahwa mereka yang merasa beruntung mempunyai ekspektasi yang positif dan optimis dalam menghadapi hidup. Dalam situasi sesulit apapun, mereka akan mampu menemukan jalan keluar karena sikap optimismenya. Dan sikap tersebut akan membuat hidup mereka lebih bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun