Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Beragama Tapi Tanpa Keajaiban

10 Juli 2022   15:40 Diperbarui: 10 Juli 2022   15:42 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Yang terkenal tentu dari kisah kalangan para nabi yang dikenal dengan julukan Ulul Azmi, yang dikaruniai mujizat yang luar biasa. Seperti Nabi Musa yang tongkatnya dapat membelah laut Merah. Nabi Ibrahim yang tidak terbakar api. Nabi Isa yang bisa menghidupkan orang mati. Atau Nabi Muhammad yang dapat membelah bulan.

Para Nabi tersebut dibekali sebuah mukjizat sesuai dengan level penolakan yang dilakukan oleh kaumnya . Semakin besar tantangan atau penolakan dari suatu kaum , maka mukjizat yang diberikan juga makin luar biasa.

Setelah keajaiban mukjizat itu datang, maka orang -orang yang masih ada kecenderungan kebenaran dalam hatinya, akan mengakui kebenaran ajaran agama tersebut. Kemudian mengikuti ajaran agama yang dibawa. Meninggalkan kepercayaan lama, yang sudah lama diikuti. Atau kembali dari jalan kesesatan menuju jalan yang benar .

Bagi yang sudah menganut ajaran agama tersebut , maka peristiwa ajaib atau mukjizat itu akan meningkatkan keyakinan akan kebenaran agama yang dibawa oleh seorang Nabi. Nabi itu benar benar merupakan utusan Tuhan. Karena dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang kebanyakan.

Namun bila dengan keajaiban sebagai jalan terakhir Tuhan yang halus tidak terketuk juga, maka azablah yang menjadi jalan terakhir. Karena orang orang ini sudah buta mata dan hatinya, tuli pendengarannya, dan dan sudah tidak ada gunanya diberi umur yang panjang . Karena tetap tidak akan kembali ke jalan Tuhan.

Tingkatan Orang Dalam Beragama 

Kebutuhan akan agama sebenarnya suatu hal yang naluriah. Setiap manusia yang mengikuti hati nurani terdalamnya , akan membawa kesadaran untuk beragama.Dan kelompok pengikut hati nurani ini, yang akan mudah untuk mengikuti ajaran agama yang dibawa oleh seorang Nabi.

Tidak ada lagi rasa terpaksa dalam beragama. Karena itu sudah menjadi kebutuhan dalam diri yang harus dipenuhi. Sebelum datangnya agama pun, pengikut hati nurani sudah melakukan praktek praktek kebiasaan yang sudah sejalan dengan nilai-nilai ajaran agama . Tidak ada nilai nilai yang bertentangan. Karena ajaran suatu agama pasti sesuai dengan suara hati nurani terdalam manusia.

Sementara orang yang beragama ketika ada peristiwa keajaiban maka , levelnya termasuk rendah. Karena kesadaran muncul ketika sudah ada penggentar. 

Ada peristiwa keajaiban yang sulit diterima nalar. Bukan muncul dari sebuah kesadaran diri berdasar logika akal yang telah dikaruniakan Tuhan dan dituntun oleh hati nurani. Ada keterpaksaan di dalamnya. Sehingga ketika kekuatan pemaksa itu sudah tidak ada, bisa saja kembali lagi ke kepercayaan yang lama.

Keterpaksaan yang menjadi dasar ini, menjadikan pondasi beragamanya tidak kokoh. Karena kalau keterpaksaan biasanya dikaitkan dengan untung rugi. Kalau mendapatkan keuntungan ajaran agama akan dijalankan . Sementara bila keuntungan sudah tidak ada maka, akan mencari alibi untuk membenarkan perbuatannya yang menyimpang dari ajaran agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun