Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merebut Kembali Perhatian Anak dari "Pelukan" Kecanduan HP

26 Mei 2021   05:47 Diperbarui: 26 Mei 2021   07:59 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Lifestyle.kompas.com

Setiap pilihan pasti membawa konsekuensi , ada resikonya. Dan ketika memutuskan untuk mengambil suatu pekerjaan atau jabatan sudah tentu harus tahu resikonya. Ketika sudah memilih suatu  pekerjaan atau suatu jabatan ,  maka harus total. Dan kalau ingin  sukses juga dalam mendidik anak maka juga harus memberikan perhatian yang total juga. Inilah yang harus dipahami oleh orang tua atau calon orang tua.

Ketika membuat keputusan harus ada diskusi atau musyawarah antara  suami dan istri . Bagaimana caranya agar bisa  menjalankan dua fungsi  tersebut secara seimbang. Sukses di tempat kerja dan sukses juga dalam mendidik anak. Karena pasti untuk sukses di keduanya membutuhkan tanggung jawab dan pengorbanan yang  besar.  

Sudah tentu tanggung jawab besar ini tidak bisa dijalankan setengah setengah . Apalagi  masih ada sistem kapling kaplingan tugas atau pekerjaan di rumah tangga antara suami dan istri. Ini pekerjaan suami ini pekerjaan istri. Kalau masih ada sistem kapling ini  maka tanggung jawab besar ini akan sulit dijalankan. Sementara bila ada kerjasama yang baik , antara suami dan istri, agar kesibukan orang tua jangan sampai menelantarkan anak maka sesulit apapun kendala yang datang akan ada solusinya. 

Memang itu membutuhkan tenaga , pikiran dan juga waktu ekstra. Tetapi itulah hukum yang berlaku . Jika kita ingin sukses mendidik anak dan juga sukses di kantor  atau di jabatannya , memang dituntut pengorbanan yang lebih besar. Karena memang itulah harga yang harus dibayar .

Bila sudah ada komitmen dari suami dan istri  untuk  mengerahkan  semua kemampuan pikiran , tenaga dan waktu  untuk meraih keberhasilan di kedua bidang pendidikan anak dan di pekerjaan, maka sekarang kesibukan orang tua tidak bisa menjadi alasan lagi untuk mentolerir kesalahan bila anak sampai terjerumus dalam dekapan kecanduan HP.

 KURANG ILMU 

Meskipun kita kini hidup di era informasi, orang tua banyak yang belum menyadari bahwa anak-anaknya tengah dibesarkan di zaman yang berbeda.  Mereka lalai mengupdate diri dengan beragam informasi seputar pengasuhan anak di era digital, termasuk tentang dampak negatif gadget pada anak. Padahal, ditengarai bahwa beragam permasalahan seperti obesitas, kurang tidur, kurang bahagia, rendahnya kemampuan sosialisasi, dan berbagai gangguan kesehatan fisik dan mental lainnya, disebabkan oleh pemakaian gadget yang berlebihan.

Harus diketahui juga bahwa dengan kondisi gizi yang makin baik, maka akan meningkatkan pula tingkat kecerdasan rata rata anak anak dibandingkan dengan kecerdasan rata rata generasi sebelumnya.

Ini terlihat dari tingkat kecerdasan anak anak  yang   kini memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari orang tuanya . Orang tua dulu di tahun  70-an  dengan konsumsi gizi tidak sebaik sekarang memiliki tingkat IQ rata rata sekitar 100 sekarang  IQ rata rata anak anak  berada di sekitar 120 bahkan lebih.

Tingkat kecerdasan yang lebih tinggi ini tentu menuntut cara atau metode  yang lebih baik juga dalam cara mendidiknya. Untuk menjadi orang tua, di jaman sekarang  agar menghasilkan generasi yang unggul tentu dibutuhkan orang tua yang mengetahui juga cara cara mendidik anak yang benar. 

Kecerdasan anak yang tinggi tentu menuntut cara mendidik yang lebih baik juga . Tidak bisa lagi memaksakan cara cara yang lama yang hanya cocok untuk anak anak dengan IQ rata-rata 100 dipakai untuk anak anak dengan IQ  di atas 130.   Karena pasti akan muncul rasa ketidakpuasan dalam diri anak . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun