Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Sebuah Kekecewaan

23 Oktober 2020   05:08 Diperbarui: 23 Oktober 2020   05:35 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kecewa . Siapa tak pernah merasakan kecewa ? Mungkin hampir semua orang pernah kecewa. Yang membedakan hanya kadar kecewanya. Ada yang hanya sedikit kecewa. Yang dalam beberapa jam saja, rasa kecewanya sudah hilang.

Ada juga yang sangat kecewa. Hingga harus bersedih dan mengurung diri berhari hari dalam kamar. Sampai tidak mau makan dan minum.

Jangan salahkan orang ketika kamu kecewa, Tetapi salahkan dirimu sendiri karena terlalu berharap kepada sesuatu yang belum pasti. Itu sebuah nasehat bijak dari para orang tua. Berharap tentu tidak dilarang. Dan bukan sebuah kesalahan. Tetapi berharaplah sewajarnya saja.

Sesuaikan dengan kondisi serta kemampuan diri. Serta mengaca siapa diri sebenarnya. Dekatkan usaha sedekat mungkin dengan harapan. Sehingga bila harapan tidak tergapai , dan harus terjatuh, tidak akan mengakibatkan sakit yang terlalu dalam. Dan susah untuk disembuhkan.

Harapan itulah pangkal dari segala kekecewaan. Tanpa memiliki harapan di dada maka rasa kecewa tidak akan pernah ada. Tidak akan ada orang yang harus menangis sedih. Tidak akan ada orang yang kehilangan semangat untuk hidup.

Yang menganggap mati menjadi pilihan yang lebih baik dari pada meneruskan hidup tetapi tanpa menyanding si dia. . Maka benarlah apa yang dikatakan oleh William Shakespiere,, " harapan adalah akar dari semua rasa sakit di hati "

Saat ini rasa kecewa sedang dirasakan kaum buruh, dengan disyahkannya Omnibus Law Ciptaker. Para buruh sudah berharap banyak, dengan omnibus law Ciptaker banyak berharap akan mendapatkan perbaikan nasib yang lebih baik. Lebih sejahtera. Lebih terjamin masa depanya . 

Tetapi ternyata harapan itu tinggal harapan. Jauh panggang daripada api. harapan manis yang ditunggu kenyataan pahit yang ada di depan mata. Pemerintah dan wakil rakyat yang diharapkan bisa membuat keadaan lebih baik, ternyata tidak terjadi dalam kenyataan.

Sambil merenung para buruh hanya bisa bertanya dalam hati, sebenarnya mereka yang salah berharap atau pemerintah dan wakil rakyat di DPR yang tidak bisa diharapkan.

Dalam hidup bila kita mampu belajar untuk lebih menerima daripada terlalu berharap kita akan memiliki lebih sedikit kekecewaan. Resep ini terbukti sangat manjur. Orang yang terbiasa atau membiasakan diri untuk lebih banyak menerima, akan memiliki lebih banyak hal untuk dinikmati.

Rasa kecewa memang ada, tetapi masih banyak hal lain yang harus disyukuri. Tidak terlarut dalam rasa kecewa yang berlebihan. Kenyataan yang tidak sesuai harapan memang sakit, tetapi mau berlapang hati untuk menerima kenyataan, akan mampu mengurangi rasa sakitnya rasa kecewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun