Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menyisakan Luka...

9 Oktober 2020   07:18 Diperbarui: 9 Oktober 2020   07:33 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Enam bulan sudah kamu pergi dan menghilang. Tanpa ada sepatah katapun terucap dari bibirmu. Dan kamu pun seperti ditelan bumi. Tak bisa lagi aku memandangmu. Tak bisa melihat senyum manis di bibirmu. Tak bisa melihat mata indahmu. Tak bisa juga melihat rambut rambut panjangmu yang tergerai sampai pundak. Tak bisa juga mendengar lagi suara merdumu.

Tapi tahukah kamu, bahwa itu semua masih tertanam kuat di dalam hati. Tak pernah peduli berapa lama kamu telah pergi. Sudah berapa jauh juga kamu kini berada. Hati ini hanya bisa merasa bahwa itu makin kuat terasa. Dan makin terbayang dalam ingatan. Aku pun tidak tahu lagi bagaimana harus , menghilangkannya. Karena semakin aku berusaha melawan , semakin kuat dia mencengkeram. Semakin keras aku mencoba melupakan , semakin sering juga perasaan itu hadir menyambangi hati.

Janji janjimu dulu, itu memang manis . Hingga membuat aku semakin jatuh hati dan sayang padamu. Yang makin meyakinkanku bahwa kamu adalah tujuan terakhirku. Tempatku untuk melabuhkan hati. Dan kamu lah yang aku cari cari selama ini .

Tapi janji-janji manismu itu, kini meninggalkan luka di hati. Luka yang teramat dalam. Luka yang sulit untuk disembuhkan. Seribu dokter tak kuasa mengobati dan menutup lukanya. . Hanya waktu yang akan menyembuhkan . Tapi entah kapan. Aku pun tidak tahu.

Tetapi meski luka dalam dada ini, aku berusaha untuk menanggungnya. Aku akan menahannya. Meski luka itu makin terasa pedihnya bila teringat dirimu. Mengenang saat saat indah bersamamu. Serta membayangkan jika kita membangaun rumah tangga suatu saat nanti. Tetapi semua itu sirna. Bersama kepergianmu.

Apakah aku salah, bila aku bercerita apa adanya ? Tanpa ada yang aku tambah ataupun aku kurangi. Apa yang sebenarnya telah terjalin antar kita. Dan seberapa dekat hubungan kita . Dengan harapan orang yang sekarang ada di sampingmu mendengar. Bukan dari orang lain. Tapi dari orang yang merasakan dan mengalaminya sendiri.

Apakah aku juga salah bila aku berkata apa yang terjadi sebenarnya ? Jalinan cinta kasih antara aku dan kamu dulu. Itu adalah fakta . Bukan rekayasa. Dan waktu telah menuliskan sebagai sebuah sejarah. Yang tak akan pernah hilang dari catatan meski kamu berusaha untuk melupakan. Dan menganggapnya tak pernah ada.

Kenyataan ini memang pahit bagiku . Tetapi bagaimanapun juga aku harus menghadapinya . Luka dalam dada ini memang perih. Namun seperih apapun rasanya aku tak boleh menangis . Karena seorang lelaki pantang menangis meski hatinya patah berkeping keping.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun