Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Untuk Wanitaku..

22 September 2020   21:09 Diperbarui: 22 September 2020   21:10 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

maafkan aku .....wanitaku

Selama dua tahun ini, aku belum bisa menjadi pendamping yang baik. Sosok yang ideal. Sosok yang sangat diidolakan seorang wanita. Aku tahu , aku sadar, aku belum bisa seperti itu. Sosok pria yang setiap kedatangannya dirindukan. Sosok yang setiap pergi dilepas dengan penuh senyuman. Dan setiap pulang selalu membawa kebanggaan.

Aku belum bisa memberikan perhatian seperti yang kau harapkan. Aku masih sibuk dengan urusan ku sendiri. Menghabiskan waktu , dengan kebiasaan lamaku. Seperti tidak tahu, kalau sudah menyandang status yang baru. Status yang seharusnya membuatku sadar, untuk mulai bisa membagi perhatian secara adil. Jangan sampai kebiasaan yang lama, menyita habis waktu yang seharusnya aku berikan untukmu. Hal yang sepele dan sederhana saja, jarang aku lakukan sebagai bentuk perhatian . Apalagi hal yang membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak, pasti makin susah aku berikan .

Aku belum bisa membantu meringankan tugas tugasmu. Sering aku hanya diam . Membuang waktu, yang mungkin untuk hal hal yang kurang berguna. Dan membiarkan kamu melakukan semuanya sendirian. Dan aku hanya tinggal terima beres. Tidak terketuk membantu mengerjakan , meski hanya berupa hal hal kecil dan sederhana.

Aku belum bisa mencukupi semua kebutuhanmu. Dan menganggap kamu tidak punya kebutuhan. Semua aku angagp bisa berjalan dengan sendirinya. Tanpa memikirkan bagaimana itu semua bisa berjalan , hingga saat ini. Yang lebih naif lagi, akupun tidak juga paham , apa yang kamu butuhkan. Kalau kebutuhannya saja tidak tahu, bagaimana bisa aku memenuhinya. Dan aku pun tak terketuk untuk mencoba mencari tahu. Apalagi menyempatkan waktu menanyakan apa yang kau butuhkan.

Aku belum bisa menjadi pendengar yang baik. Mendengarkan keluh kesahmu. Mendengarkan ceritamu. Aku tak pernah mencoba memahami , kenapa Tuhan memberikan aku dua telinga. Yang tak lain adalah untuk lebih banyak mendengar. Lebih banyak menerima masukan . Daripada berkata kata. Padahal kalau aku mau meluangkan waktu mendegarkan, itu sudah akan membuat suasana lebih baik. Membuat kamu merasa lebih diperhatikan. Lebih dihargai. Meski aku tahu kamu, wanitaku, tak membutuhkan itu semua.

Aku belum bisa menjadi ayah yang baik. Ayah yang seharusnya menjadi panutan. Ayah yang mau mencurahkan waktu dan tenaganya, untuk buah hati tersayang. Ayah yang ,memberikan prioritas terbesar untuk buah hatinya. Menempatkan keperntingan anak di atas segalanya. Dan berjuang dalam kondisi apapun untuk selalu dekat dengan anak. Selalu berada di dekat anak , sesering mungkin. Memantau perkembangannya setiap saat. Menanyakan keadaannya . Tidak sekedar selalu berharap semuanya berjalan baik baik. saja. Yang dalam kalimat halusnya menyerahkan semuanya kepadamu. Terima beres saja.

Aku tidak bisa membantu , menjaga dan merawat buah hati kita setiap hari. Dan membiarkan kamu mengerjakan sendirian. Melakukannya semuanya dari pagi hingga pagi lagi. Dengan waktu istirahat yang sedikit. Bahkan mungkin tidak istirahat. Aku tidak juga tergerak hati untuk menanyakan , sebagai bentuk perhatian. Atau bisa diwujudkan dalam bentuk lain. Yang seharusnya aku bisa lakukan. Karena banyak cara biasa dilakukan. Tapi itu semua tak juga pernah aku lakukan. Aku masih saja sibuk memanjakan diri. Merasa bahwa aku berhak untuk beristirahat lebih banyak. Merasa lebih lelah. karena telah bekerja keras. Sebuah klaim yang membuat aku sendiri malu untuk mengutarakannya. Karena tidak berdasar kenyataan yang sebenarnya.

Sekali lagi wanitaku, hari ini 

dengan tulus dan sepenuh hati 

Aku mengucapkan terima kasih 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun