Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjual Nostalgia Masa Keemasan

10 April 2020   05:30 Diperbarui: 10 April 2020   06:03 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perkembangan keadaan masyarakat dewasa ini , terus bergerak ke arah yang tak diharapkan. Makin lama kondisinya makin membuat sedih . Hal hal negatip dan merusak kian berkembang luas. Menjangkau daerah daerah yang jauh dan terpencil. Sistem yang diterapkan di masayarakat ternyata tidak membawa hasil. Tidak membuat perubahan. Semua seperti gagal. Gagal menjadi obat yang menyembuhkan keluhan masyarakat.Yang merindukan kehidupan yang makmur , tentram dan damai serta berkeadilan.

Keadaan tersebut, menjadikan orang rindu kepada jaman dulu. Jaman keemasan. Jaman di mana keadaan masyarakat bisa teratur dan juga tentram. Hidup penuh kedamaian. Contoh kehidupan ideal yang bisa diambil, adalah masyarakat muslim pada jaman Nabi. Jaman dengan capaian baik di bidang rohani dan fisik bisa berjalan secara seimbang dan tidak berat sebelah ke salah satu sisi.

Capain kemajuan peradaban manusia terjadi pada jaman Nabi adalah capaian tertinggi sebuah peradaban manusia . Sebuah karya besar ummat manusia yang bisa menggabungkan pencapaian tertinggi dalam bidang material dan spiritual secara tepat dan memberi dampak langsung dalam kehidupan. Tidak sebatas teori. Tidak hanya retorika 

Keinginan untuk menghadirkan masa lalu ini, makin kuat berhembus.Dimana mana mulai muncul gerakan gerakan untuk mengganti sistem yang ada , dan terbukti gagal dengan nilai-nilai agama.Yang telah terbukti sukses merubah bangsa Arab yang barbar dan tak dikenal dalam peta sejarah dunia, namun dalam dalam waktu singkat mampu menguasai dunia. Dengan membawa suatu peradaban baru yang sesuai dengan kondisi masa itu.

Namun di antara suara yang kuat dan makin menggema ini , ada juga suara suara sumbang . Suara yang mempertanyakan apakah membawa masa lalu itu akan menyelesaikan masalah.? Apakah cukup dengan ajaran yang tertera di kitab suci lalu semua masalah selesai. Atau justru masalah baru yang akan muncul atau justru kekhawatiran kekhawatiran kalangan yang skeptis yang akan terjadi .Terjadi benturan benturan yang sangat keras dengan nilai yang tengah berkembang dan menggejala saat ini di masyarakat. Bila tidak bisa membawa hasil atau perubahan seperti yang diharapkan justru akan membawa sikap antipati yang lebih dalam lagi. Semua dalil yang dianggap hebat itu ternyata tidak membawa perubahan dan harus di singkirkan jauh jauh. Dan kalau itu terjadi siapa yang harus dipersalahkan. Yang jelas nilai nilai kebenaran berdasar kitab suci dan ajaran Nabi itu ajaran yang pasti benar. jadi kemungkainnay tinggal kemampuan manusianya dalam menterjemahkan. Itu problemnya sekarang. Apakah para pemuka agama , sudah berhasil membumikan nilai nilai agama dalam hal yang bersifat teknis . Yang sangat dibutuhkan sebagai jawaban real atas permasalahan yang dihadapai manusia . Bukan hanya berupa tafsiran yang bersifat kebijaksanaan. Soal kebijaksanaan manusia mungkin sudah merasa sangat kenyang karena sudah diajarkan dari dulu. Kebijksanaan tidak menjawab bagaimana meningkatkan hasil panen. Kebijaksanaan juga tidak bisa mengatasi pemanasan global.

Gerakan ini supaya berhasil tidak murni seratus persen pengamalan kebijaksanaan agama. Karena itu belum cukup untuk menjawab semua pertanyaaan masalah masalah aktual dan kontemporer. Masalah yang belum pernah ada sebelumnya tetapi menjadi lumrah di jaman sekarang.

Jangan sampai pendapat bahwa nilai agama akan menjadi jawaban terhadap semua persoalan manusia, lalu semua persoalan manusia selesai. Karena tanpa pengetahuan yang cukup terhadap masalah yang berkembang maka , masalah yang dihadapi yang makin komplek tidak selesai. Dan kembali terjebak pada logika yang menyatakan bahwa kita terlalu menyederhanakan masalah . Dan Semua persoalan manusia sudah bisa diselesaikan.Dan sebenarnya ini juga menjadi otokritik buat umat muslim , untuk berintropeksi, Bahwa ada bidang yang selama ini kurang mendapat perhatian secara serius.Yaitu pengamalan ayat ayat kauniyah. Karena semua persoalan yang ada sekarang jawabannya lebih banyak ke pengamalan ayat kauniyah ini. Dan di dalam kitab suci ayat ayat kauniyah ini jumlahnya lipat hampir sepuluh kali dari ayat2 tentang syariat.

Akankah usaha membawa kejayaan lama ini, akan berhasil membuat perubahan yang diharapkan. Ada dua kemungkinan jawaban yang akan muncul. Pertama adalah berhasil. Tentu setelah syarat syaratnya bisa dipenuhi. Yaitu bisa menjawab semua kebutuhan manusia. Ada bukti yang membuat orang berpaling dan meyakini bahwa nilai yang ditawarkan itu benar dan ada buktinya. Bukan sekedar jargon atau promosi promosi yang tak ada bukti selain nyanyian nostalgia.

Yang kedua adalah gagal. bila nilai yang ditawarkan hanya berbentuk copy paste apa yang sudah dilakukan jaman dulu. Atau sekedar pemberi obat untuk kehausan akan nilai nilai rohani. Karena memandang bahwa dengan menerapkan semua ajaran agama dengan taat langsung masalah selesai adalah pandangan yang terlalu menyederhanakan masalah. Dan tidak memahami permasalahan real yang ada di lapangan. Karena untuk membuat perubahan khususnya dalam peradaban manusia, tidak cukup hanya dengan memperbaiki hati tetapi juga terpenuhinya kebutuhan pikiran akan ilmu terapan yang bisa mempertinggi mutu kehidupan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun