Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama: Bukan yang Paling Benar, Tapi yang Paling Membaikkan

7 April 2020   05:18 Diperbarui: 7 April 2020   05:21 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agama adalah wilayah hati. Tidak bisa dilihat kecuali output atau keluarannya. Apalagi sekedar dilihat dari KTP nya saja. Agama adalah kebaikan yang bersifat permanen. Bukan sebentar timbul. Di lain waktu tenggelam. Karena dalam pengertian paling sederhana. Agama berfungsi membaikan. Membaikan yang terus menerus .Itu saja. Tidak rumit.

Pengertian membaikan ini membuat seorang penganut agama bisa langsung memberi manfaat untuk dirinya dan juga sekitarnya. Proses membaikan bisa ditunaikan fungsinya meski hanya berbentuk sebuah perbuatan kecil atau sederhana. Sekedar mengambil duri yang ada di tengah jalan raya. Tidak harus menunggu sampai sempurna ilmu agamanya.

Bukan pengertian yang sulit . Melangit tinggi. Dan tidak menapak di bumi. Pengertian yang justru membuat penganut agama sibuk mempelajari teori dan dasar ilmunya. Yang menghabiskan waktu dan tenaga serta pikiran. Yang justru membuat jarak atau gap antara pengetahuan ilmu agama dan prakteknya menjadi makin jauh. Dan ini akan memunculkan masalah berikutnya, yaitu klaim kebenaran. Dia paling benar, selain dia salah. Bahkan sesat.

Agama dan klaim kebenaran seperti dua sisi mata uang. Tidak bisa dipisahkan. Dimana ada agama. Disitu klaim kebenran akan menyertainya. Agama yang dituntut ilmunya saja, tidak diimbangi dengan amalanya maka akan mendirikan dinding atau sekat pemisah. Dan sekat sekat itulah yang membuat pemisah dengan yang lain baik antar penganut seagama maupun dengan lain agama.

Tetapi menjadi hal yang sulit diteria logika ketika , yang tidak nampak dihakimi dengan apa yang nampak atau kelihatan.Memang ada ungkapan apa yang terlihat di luar cerminan apa yang ada di dalamnya. Tetapi untuk masalah agama lebih mudah untuk mengamatinya. Sebuah kebaikan yang di luarnya saja atau cerminan sebenarnya apa yang ada di hatinya. Yaitu dengan melihat durasi atau waktunya kebaikan itu dijalankan. Kalau kebaikan hanya sesaat, itu sebagai tanda awal bahwa itu bukan cerminan suara hati nurani . Tetapi bila kebaikan atau proses membaikan itu kontinyu terus menerus itulah perbuatan yang muncul dari ketulusan hati.

Apa arti klaim kebenaran suatu agama atau aliran , bila tidak memberi kebaikan atau manfaat. Karena ada ungkapan kebaikan mengalahkan kebenaran. Dan puncak capaian pengamalan suatu agama adalah kebaikan. Kebaikan inilah yang bisa menyatukan seluruh ummat beragama. Bukan kebenaran. Kesatuan dalam menuju kebaikan juga menjadi pondasi untuk mencapai kedamaian dunia. Dan inilah tujuan akhir setiap ajaran agama,

Sejarah turunnya agama sudah didesain Tuhan untuk maksud kebaikan itu. Agama yang turun ber-evolusi dari ajaran yang paling sederhana , berakhir pada paling sempurna. Pada agama terakhir. aturan aturan untuk kehidupan manusia paling lengkap. Dan aturan agama yang mengalami evolusi adalah aturan yang mengatur kehidupan manusi di dunia. Yaitu aturan hubungan antar manusia dengan manusia serta dengan alam. Sementara aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan tidak ada perubahan dari sejak utusan Tuhan yang pertama diturunkan di bumi. Sampai utusan yang terakhir sebagai penutupnya.

Ini sebuah kenyataan ilmiah yang tak bisa ditolak. Sebagaimana proses evolusi yang berangkat dari kehidupan hewan bersel satu hingga tumbuh menjadi makhluk makhluk yang sempurna sekarang ini.Tetapi ketika seseorang tidak mau mengambil yang sudah sempurna, hasil desain Tuhan, karena sudah merasa cukup dengan pilihan yang sudah datang terlebih dulu berdasar suara akal dan hatinya. Itu bukan kesalahan. Tetapi untuk memenuhi kebutuhannya agar sampai di level tertinggi dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan alam , dia harus berusaha mencari lewat jalan lain atau usaha lain di luar aturan dalam agama. Tentu dengan memeras kemampuan akal yang telah dianugerahkan Tuhan Karena bila tak mencari kekurangannya , maka manusia tidak akan meraih kesempurnaan dalam hidupnya . Ketidaksempurnaan kehidupan itu sudah bisa dirasakan bahkan ketika masih hidup di dunia ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun