Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Corona, Nasib dan Akal Manusia

26 Maret 2020   05:25 Diperbarui: 26 Maret 2020   05:46 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kenapa tidak tunduk total hasil analisis akal manusia. Bagaimana harus mengatasinya. Semua telah diteliti sifat sifatnya. Bagaimana cara penularannya. Siapa yang rawan tertular. 

Dan bagaimana perawatannya. Serta bagaimana usaha untuk mencegah penularanya. Yaitu dengan menjaga jarak ( social distancing ). Mengurangi kerumunan. Termasuk berkumpul untuk kegiatan ibadah tidak terkecuali. Semua harus dijalankan. 

Virus Corona tidak pernah pilih -pilih sasaran dan tempat. Yang beriman tebal atau yang tipis .Tempat ibadah atau tempat maksiat akan didatangi.Jadi umat beragama untuk sementara menjalankan ibadah dari rumah masing masing dulu. Untuk memudahkan mengatasi penyebaran virus corona ini. Agar tidak menyebar makin luas. Dan akal manusia sudah bisa mengatasi semuanya Nasib atau keterlibatan Tuhan tidak menentukan.

Lalu siapa yang benar di antara keduanya ? Yang tunduk total kepada nasib atau yang tunduk total kepada akal ? Yang paling dekat dengan kebenaran adalah yang bisa berpendirian hasil perpaduan antara keduanya.. Karena masing masing punya kontek . Punya maqamnya sendiri sendiri.

Nasib . Apa sebenarnya yang disebut nasib ?. Nasib adalah hasil atau output manusia dalam menggunakan potensi akalnya untuk memilih. Jadi seharusnya, tidak ada kalimat , "Nasibnya memang mati terinfeksi virus corona karena tidak mau menjaga jarak sesuai aturan yang aman " . 

Yang benar memang hasil pilihan akal manusia yang memilih tidak menjaga jarak , kalau mau menjaga jarak hasil akhir atau nasibnya akan beda. Kemampuan manusia memilih antara dua pilihan itulah yang mengantarkan manusia pada akhir yang berbeda. Mati karena terinfeksi virus corona atau tidak Nasib masih bisa dipilih berdasarkan kemampuan manusia menggunakan anugerah tertinggi yang diberikan oleh Tuhan. 

Dan kalau setelah membuat pilihan dan akhirnya terjadi sesuatu sebagai outputnya, itulah takdir Tuhan, Inilah yang tidak dapat diubah. Itu sudah takdir. Jadi takdir adalah hasil pilihan manusuia yang sudah menjadi kenyatan. 

Itu yang tertulis dalam rumus atau formula Tuhan. Jadi Tuhan tidak akan membatsi kemampuan manusia membuat pilihan. Tetapi semua kemungkinan hasil atau output pilihan manusia, Tuhan sudah menyediakan hasil akhirnya. Itulah ketentuan Tuhan.

Lalu akal . Apa sebenarnya akal itu ? . Akal adalah wilayah kecil , dimana Tuhan memberikan otonomi kepada manusia. Disitu akal diberi wewenang untuk membuat pilihan. 

Saking hebatnya akal ini, Tuhan pun , pernah membanggakan akal manusia ini dihadapan para malaikat. Karena mereka, para malaikat menyangsikan makhluk bernama manusia. Kenapa harus mencipatkan Adam sebagai khalifah atau pemelihara bumi, Bukankah manusia, menurut para malaikat hanya akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah. 

Tetapi Tuhan, menjawab , bahawa manusia dianugerahi akal.Yang membuat manusia mempunyai kemampuan melebihi malaikat ketika mampu menggunakan akalnya dengan maksimal. Tetapi juga bisa membanya lebih rendah dari syetan ketika akalnya tidak dipergunakan sebagaimana mestinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun