Jangan lari terburu-buru, Kekasih
Mari kita ulurkan perlawanan paling romantis dari cinta yang membabi buta
Antara aku dan kamu, serta tameng-tameng juga kecupan peluru
Kita masih mampu menyatu, membelai siang menjadi kasih sayang dengan ritus melempar batu diiringi teriakan "Wadas Melawan!"
Jangan kamu menangis melihat caping berserakan diinjak aparatÂ
Hari ini tangisan hanya menjadi onggokan udara.Â
Tangisanmu, kekasih
Adalah tangisanku dan leluhurku
Jangan kamu sembarang menjatuhkan ke tanah
Sebab ini tanahmu, tak pantas tanah disiram dengan air mata begitu
Kamu boleh menangis asalkan tetap angkat tangan kirimu dengan melempar batu ke arah gerombolan seragam coklat itu!Â
Sungguh, kuberikan penuh hatiku padamu
Gegamlah tanganku setelah itu, kita berpeluk mesra dengan botol bertopi api di atasnya
Lempar! Lempar, kekasih! Semua orang harus tahu bahwa cinta benar-benar kobaran api asmara manusiaÂ
Lupakan janjiku padamu!Â
Biar tanah ini terbakar, dan kita hidup di atas bara
Asalkan tanah ini jangan direbut paksa begitu sajaÂ
Tanah ini maskawin dariku, kamu tahu itu
Sepasang manusia mana yang setuju maskawin pernikahannya dicuri terang-terangan?Â
Jika kita tak menikah di bumi, maka aku siap mendekorasi bara api menjadi altar suci tempat kita "sah" Menjadi suami istri.Â
Birgon-8-2-22