Mohon tunggu...
Aditya Rahman
Aditya Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Ranggon Sastra

Jalan pulang adalah tujuan yang remang-remang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Petani Api

19 Desember 2021   17:17 Diperbarui: 22 Februari 2022   02:32 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jayagiri namaku, 

Petani yang menanam padi di matahari

Disiram dengan kucuran air mata tubuh renta 

Dipupuk dengan dendam dan lemparan batu para demonstran 

Padi itu tumbuh subur, berwarna kemarahan seperti tanah yang diambil paksa perusahaan tambang

Tak ada hama menghinggapi padi itu, sebab dilengkapi alat berat pada sekeliling tanah pertanian.

Jayagiri namaku, 

Hanya di matahari aku bebas merawat padi 

Tak perlu bayar upeti juga aman dari tengkulak

Irigasi kuatur sendiri tanpa perlu berbagi ke mana mengaliri 

Aku petani serakah, karena kapok di bumi tanahku dikeruk paksa 

Sebab tanah itu tak berbaju 

Padahal tanah peninggalan Kakek buyutku

Seorang tentara yang mati di medan juang demi membebaskan negara dari jajahan

Kuterima nasib dengan lapang, negara ini memang celamitan.

Bulan depan musim panen tiba

Padi itu siap memisahkan diri dari batang-batang besi menjadi api 

Kemudian digiling dengan emosi tingkat tinggi 

Berakhir menjadi bara api untuk melempari pertambangan yang lestari.

 Jayagiri namaku, 

Petani api dari matahari 

Mengimpor api buat negara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun