Mohon tunggu...
Aditama Kenang
Aditama Kenang Mohon Tunggu... -

Hai F.R.D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ikhlas?

7 Mei 2018   22:31 Diperbarui: 13 Juli 2018   18:50 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pribadi, jujur sampai sekarang tidak pernah bisa memahami definisi kata "ikhlas". Karena bagi saya, "ikhlas" bukan semata mata sebuah ucapan ataupun tindakan nyata. Dan untuk saat ini, "ikhlas" hanya bisa saya jabarkan, "bagaimana hati terasa", terasa senang, terasa sakit, dan terasa berbicara. Dan bagi saya "bagaimana hati terasa" itu, hanya diri sendiri dan Tuhan yang mengetahui.  Bagi saya, disatu sisi orang orang tidak mudah percaya bahwa saya "ikhlas" hanya dengan pembuktian ucapan ataupun tindakan, tapi disatu sisi orang orang akan menilai bahwa saya "ikhlas" dengan cara ucapan dan tindakan saya. Bimbang? Tentu.

Kenapa saya mengangkat kata "ikhlas" pada tulisan ini? Karena saya masih pada posisi kebimbangan, kebingungan dan tanya tanda besar dan tak akan pernah tahu kapan saya menemukan jawaban dan berakhir. Ya, usia muda menuju kematangan saat ini adalah awal dari ketidak ikhlasan yang saya alami. 

Dan saya tidak menyangkal bahwa ketidak ikhlasan saya ini terkait dengan "GAGAL" nya keinginan saya untuk menjalani kehidupan yang serius bersama seseorang Wanita yang benar benar saya inginkan, idamkan, dan perjuangkan. Gagal "MOVE ON"? Tidak. Karena saya tidak pernah menjalani hubungan dengan "status" sebelumnya. Apakah di "TOLAK"? Saya jawab dengan tegas "IYA".

Semua berawal dari kisah kehidupan bertetangga. "Masa kecil", berteman akrab dengan segala kisah permainan dan pengenalan latar belakang sifat masing masing. Kisah permainan ala "Super Hero America", game tradisional, obrolan ringan khas anak anak, dan ala ala "cinta monyet" pun pernah saya alami bersama dia (dia : wanita idaman saya). Hari demi hari, dan tahun pun berganti, sampai pada akhirnya masa "Pubertas" itu datang, yang bisa dikatakan menjadi awal renggangnya pertemanan saya dan dia. 

Bukan karena sesuatu hal, tetapi karena masa "Pubertas" ini, setiap anak baik saya maupun dia pasti mempunyai dunia lain diluar sana. Sekolah baru, teman baru, kesibukan baru, menjadi kisah yang sama dengan anak anak pada umumnya. Dan secara tidak langsung masa itu sedikit demi sedikit seperti memutus komunikasi pertemanan saya dan dia. Ada semacam "gengsi" dan "jaim" bahkan "malu malu" pada kita masing masing apabila saling bertemu pada masa itu. Dan hari berganti tahun secara terus menerus dan akhirnya saya dan dia benar benar hilang kontak (padahal rumah kita tak jauh, masih satu RW).

Ramainya jejaring Media Sosial macam Facebook, bisa dibilang awal dari terjalinnya kembali komunikasi saya dan dia. Ada Status, posting Foto, dan akhirnya saling berkomentar dikolom yang tersedia menjadi wadah baru bagi saya dan dia menjalin kembali komunikasi berteman. Dan akhirnya kita bertukar Pin BBM, dan saya dan dia semakin intens berkomunikasi. 

Mulai dari obrolan ringan sampai pada saling curhat kehidupan pribadi. Dan saking seringnya, saya seperti terbawa perasaan, selalu ingin tahu tentang dia. Dan saya pun selalu menanti "chat" dari dia. Tapi saya juga menyadari posisi dia saat itu yang semasa kuliah sedang menjalani hubungan dengan seorang laki laki. Dan saya merasa senang hati mendengar kisah cintanya dengan segala problemnya (ya meskipun tidak semuanya dia ceritakan).

Dan awal dari saya merasa naksir, tertarik, dan mengidamkan dia, berawal dari curhatnya dia ingin "berhijrah". Saya merasa salut, kagum, dengan niatan berhijrahnya dia tersebut. Banyak "chat" setiap hari dengan diskusi niatan hijrahnya, dan saya semakin terbawa perasaan dan saya berpikir bahwa ini wanita yang ideal dan layak diperjuangkan (karena diwaktu itu juga saya sedang posisi down karena putusnya hubungan saya dengan pacar saya karena adanya pihak ketiga). Hari demi hari, dia dengan proses berhijrahnya dan saya dengan proses saya memperbaiki diri.

Dan masa Wisuda dia tiba saatnya, dan selesai kuliahnya. Saya "chat" dia, kasih ucapan selamat dan akhirnya berlanjut pada obrolan lain. Dia bercerita bahwa dia telah putus dengan pacarnya. Dia merasa belum siap dengan niat baik pacarnya yang diutarakannya pada waktu wisuda, bahwa sang pacar dia berniat melamarnya seusai wisuda. 

Dan setelah obrolan itu, saya berpikir, mungkin ini bisa jadi awal kesempatan saya untuk memulai pendekatan (karena saya berkeyakinan tidak ada yang mustahil). Saya coba perlahan lahan, hari demi hari dengan "chat"seperti biasanya. Dan pada suatu hari, setelah sekian lamanya (dan ini menjadi pertemuan pertama setelah sekian lama, dan terakhir kalinya), saya berhasil bertemu dengan dia. Empat mata, tatap muka berdua kembali dengan dia pada momen Buka Puasa. 

Kita berbuka dan dengan membicarakan banyak hal. Dan selanjutnya sampai suatu hari setelah beberapa bulan, lewat "chat", pertama kalinya saya beranikan berbicara bahwa saya "tertarik"sama dia. Dan apa yang dia jawab? Dia hanya menjawab dengan "tertawa". Kenapa dia tertawa? Karena dia berpikir saya bercanda. Karena pernyataan saya "tertarik" sama dia, berawal dari obrolan iseng, dia menanyakan siapa yang sedang saya taksir saat itu, (karena dia menangkap dari status yang saya tulis di Facebook) dan saya jawab "Aku tertarik sama kamu". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun