Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jernihkan Pikiran, Berkomentarlah Setelah Itu

30 September 2011   03:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:29 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_134127" align="aligncenter" width="569" caption="Kesehatan Mental Terlihat dari Kejernihan Berfikir (kumpas-tuntas.blogspot)"][/caption]

Sahabat tentunya sebagian sudah membaca Tips yang pernah saya tulis di blogshoptips dengan judul TIPS BERKOMENTAR DENGAN BENAR. Tips ini dimaksudkan untuk memberikan panduan agar memberikan komentar yang tepat dan berbobot tentunya, bukan komentar-komentar yang didasarkan pada hawa nafsu dan kekotoran dalam berfikir, terkadang kita baru baca judul sudah berkomentar, baru saja baca paragraph pertama sudah berkomentar, baru sekali baca juga sudah berkomentar, karena bisa jadi apa yang kita fahami belum sesuai dengan apa yang diinginkan penulis. Sehinga lahirlah komentar-komentar yang dapat disebut tidak pantas, atau langsung menyerang pribadi sang penulis dan ini membuyarkan makna Kompasiana sebagai wadah untuk Sharing dan Connecting.

Sehari kemarin, ada tulisan saya yang berjudul Lima Presiden Indonesia Khianati Pancasila, mendapat respon beragam, pro dan kontra, cirri khas bangsa tentunya yang senang sekali pada Pro dan Kontra, terlepas dari Pro dan Kontra tersebut, ada beberapa Kompasianer yang menghubungi saya via INBOX Pesan, dia menyatakan bahwa dia mengamati dari awal saya menulis,”Saya melihat Anda begitu dibenci orang-orang tertentu di Kompasiana, Anda menulis tentang hal yang sejuk dibilangnya mencari perhatian bahkan ada yang bilang hati-hati dengan Adi Supriadi, pura-pura lembut aja itu, ketika menulis hal yang kritis dibilangnya terlalu mengada-ada, ketika menulis opini dibilangnya bodoh dan layak dibunuh, kok bisa mereka seperti itu, apa ga ada pikiran bersih lagi di otak mereka, Sentimen sekali mereka pada Anda ?” demikian kata sang kompasianer ini. Saya jawab begini “Bisa aja Pak, namanya juga manusia, hidup didunia ini jika tidak ada angin topan dan badai bukan dunia namanya, Alhamdulillah saya tidak pernah melakaan itu pak pada siapapun, jikapun saya membaca sebuah Artikel dan itu bertentangan dengan Idealisme saya , maka saya lewatkan saja, sudah pasti tulisan itu aka nada pembacanya tersendiri, jikapun saya ingin menuangkan ide dan gagasan saya terkait tema yang sama, maka saya akan menulisnya. Tetapi menghujat mereka dengan apa yang mereka tulis sepertinya tidak perlu, semua orang boleh menulis apapun” itulah jawaban saya pada sang Kompasianer ini.

Saya mengingatkan sang kompasianer ini pada pesan saya selanjutnya tentang sebuah kisah sepasang anak muda yang baru menikah menempati rumah di sebuah komplek perumahan, suatu pagi saat sarapan sang Istri melalui Jendela kaaca ia melihat tetangganya sedang menjemur pakaian.

Cuciannya kelihatan kurang bersih ya Pa” kata Sang Istri pada suaminya.

Sepertinya dia tidak tahu cara mencuci yang benar, mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus” lanjut sang istri pada suaminya.

Suaminya menoleh, tetapi hanya diam dan tidak memberikan komentar apapun.

Sejak hari itu setiap tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang Istri memberikan KOMENTAR yang sama tentang bersihnya si Tetangga mencuci pakaiannya.

Seminggu berlalu, Sang Istri heran melihat pakaian-pakaian yang dijemur tetangganya ini terlihat sangat bersih dan cemerlang dan wangi lagi. Sang Istri berseru pada suaminya

Papa, lihatlah. Sepertinya tetangga kita telah belajar bagaimana mencuci dengan benar, siapa ya kira-kira yang mengajarinya?

Sang Suaminya berkata “Saya Bangun Pagi-Pagi sekali hari ini Ma, dan Papa Membersihkan Jendela Kaca Kita

Begitulah kehidupan. Apa yang kita lihat pada saat kita menilai orang lain tergantung pada kejernihan Jendela Pikiran kita, lewat mana kita memandangnya, atau jangan-jangan ketika kita mengomentari negatif setiap yang orang lain lakukan penyebabnya kaca jendela pikiran kita dalam kondisi kotor. Pagi-pagi sebelum berangkat kerja dan sebelum membaca sebuah Artikel ada baiknya kita membersihkan kaca jendela pikiran kita dengan Ayat-Ayat ALLAH. Insya ALLAH.

Bandung, 30 September 2011

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

Seorang Writer,Trainer,Public Speaker dan Entertainer. Punya Kakek Seorang Penulis, Ibu Seorang Penulis dan Istri Seorang Penulis. Pernah Menjadi Jurnalis Sekolah, Kampus, dan Radio. Tulisan baru terbit di Pontianakpost, Banjarmasinpost, Kayongpost, Sriwijayapost, Balipost, Acehpost dll. Cita-cita ingin tulisannya bisa dimuat di KOMPAS, REPUBLIKA & TIME dan menjadi Jurnalis AlJazeera atau CNN. Anda dapat menghubungi via 081809807764/085860616183 YM: assyarkhan/FB: adikalbar@gmail.com /Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar /Skype: adikalbar/ PIN BB : 322235A9

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun