Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berhentilah Kau Mendengarkan Syair Cinta

30 Mei 2011   20:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:02 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_111429" align="aligncenter" width="614" caption="Berhentilah Kau Dengarkan Syair Cinta"][/caption]

Aku mendengar syair cinta yang dinyanyikan seorang yang tidak mengerti cinta. Dan itu begitu kaku sekaku batu. Lebih baik matikan saja lagu itu dan kita nikmati lagu sunyi. Lagu sunyi mungkin akan terdengar lebih menarik daripada lagu syair cinta buatan yang dipaksakan.

Jangan heran jika kau menjadi seorang pecinta instan yang hanya belajar dari syair cinta buatan. Kau lihat begitu banyak anak kecil yang menyanyikan syair-syair cinta di tepi jalan? Apakah mereka mengerti cinta? Dan kau menyanyikan syair yang sama, syair cinta buatan. Oleh sebab itu, wajar kukatakan kau seorang pecinta instan, kau seorang pecinta buatan.

Pecinta instan atau pecinta buatan adalah seorang yang mengaku mengerti cinta namun tidak terasah hatinya. Ia hanya berbekal kata-kata yang disitir oleh syair cinta buatan yang sering ia lihat di layar televisi. Apakah kau sadar bahwa syair cinta yang mereka nyanyikan itu bukan berdasarkan hati? Mereka menyanyikan cinta bukan karena hati mereka yang menggerakan, tapi uang. Uanglah yang menggerakan mereka. Uanglah yang membuat syair yang membutakan itu.

Jika kau pernah mengetahui bagaimana Rumi menuliskan syair cintanya, maka kau akan malu mengakui bahwa kau adalah seorang pecinta. Jika kau menyelami syair cinta Rumi, aku yakin jiwamu akan ikut menari. Berputar demi menginsyafi dunia. Berputarlah! Dengarkan syair cinta sejati.

Hmmmhhh... namun aku ragu kau mengerti dengan arti syair cinta sejati. Aku pun ragu kau bisa memahami syair cinta sejati. Bahkan aku pun ragu kau dapat menyadari bahwa ada syair cinta yang sejati. Karena aku ragu kau dapat mendengar hatimu. Dapatkah kau mendengarnya? Selama kau masih mendengar syair cinta kacangan itu, hatimu akan berhenti bernyanyi. Telingamu hanya akan dijejali oleh nada-nada yang dibentuk dengan tergesa-gesa, nada-nada yang hanya memperhitungkan rupiah, dan nada-nada kosong yang dipaksakan.

Di sini, aku hanya dapat menarik nafas dalam-dalam. Aku melihatmu telah menjadi manusia yang kering akan cinta. Aku miris melihat betapa bangganya kau menghafal syair-syair cinta itu dan kau ikut berjingkrak-jingkrak ketika syair yang kau hafalkan itu dinyanyikan. Aku ingin memberitahumu, "hei..jika kau ingin mendengar syair cinta sejati, matikan lagu itu. Dengarkan hatimu. Maka segala pembuluh darah, jantung, dan jiwa akan memadukan harmoni cinta yang agung." Namun kau seperti orang yang tuli. Kau tuli cinta. Yang kau dengarkan hanyalah syair-syair cinta buatan yang laku keras, yang mendapatkan rating tinggi di televise, yang banyak penggemarnya, sehingga kau akan merasa malu jika kau tidak ikut mendengarkan lagu syair cinta itu.

Kau tahu, syair-syair cinta yang kau dendangkan setiap hari itu dibentuk oleh sihir. Dan sihir apalagi yang paling hebat selain uang? mereka, para pembuat syair dan penyanyinya, di butakan hatinya oleh uang. Lalu apa yang kau harapkan dari seorang yang buta hati? Sadarilah, bahwa selama ini kau hanya mendengarkan lagu yang membutakan hati dan menulikan kau dari cinta. Padahal kau dibesarkan oleh cinta, kau dilahirkan oleh cinta, dan kau diajari cinta sedari kecil oleh seorang pecinta sejati, yaitu Ibumu. Namun lihatlah sekarang. Karena lagu dan syair itu kau mulai lupa bahwa kau memiliki cinta sejati.

Malam hari yang biasanya kau rajin memijiti ibumu, sekarang kau sibuk berdandan demi melihat konser syair cinta buatan. Dan apa yang terjadi? Kau pulang dengan menangis karena salah satu temanmu mati karena nonton konser itu. Tapi kau memang tuli. Seminggu setelah itu ayahmu masuk rumah sakit. Dan apa yang kau lakukan? Kau menungguinya dengan cemberut karena kau takut ketinggalan konser syair cinta buatan. Namun, ayahmu adalah seorang yang penuh cinta, dan mempunyai hati yang halus. Ia tidak tega melihatmu gundah, maka ia mengizinkanmu untuk meninggalkannya. Dan apa yang terjadi? Salah satu temanmu hilang malam itu. Keesokan harinya kau mendengar kabar bahwa temanmu tewas dan sebelumnya ia diperkosa oleh beberapa orang setelah menonton konser itu. Konser yang mempertontonkan aurat yang mesum dan dibubuhi oleh, lagi-lagi, syair cinta buatan!

Demi hati yang suci, aku mohon, berhentilah kau mendengarkan syair cinta buatan itu. Dengarkan bisik kasih cinta Ibumu, resapi nasihat penuh kasih ayahmu, dan nyanyikanlah harmoni cinta hatimu yang selama ini kau bisukan.

Bandung, 31 Mei 2011

Ditulis Pertamakali Pada Tahun 2009

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun