Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Agar Tiada Penyesalan dan Air Mata

22 Juli 2011   13:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:28 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13113461711905465172

[caption id="attachment_120938" align="aligncenter" width="576" caption="Cinta Tak Harus Seiring Dan Sejalan"][/caption]

Agar Tiada Penyesalan Dan Air Mata Seorang Pembaca Kompasiana, pagi-pagi tadi mengirimkan BBM berbunyi seperti ini “Yang di kagumi kadang tak merasa , yang di rindukan kadang tak tau,yang di cintai kadang tak sejalan ,yang tak di sangka kadang terjadi." INILAH HIDUP ". Subhanallah, kalimat yang indah, memang terkadang ada yang kita kagumi tetapi yang kita kagumi ga merasakan apa-apa, dia ga mengerti bahwa dia sangat dikagumi, bahkan kripik eh kritik pedaspun dia tidak merasa, bentuk penyampaian kekaguman itu, seperti halnya ketika kaum sekuler mesir yang “menghabisi” pemikiran Hasan Al Banna, yang dikomandoi waktu itu adalah Sayyid Qutb, tetapi ternyata memang pada Akhirnya hidayah Allah sampai pada beliau, dan pada akhirnya Sayyid Qutb mengakui keteguhan hati Hasan AlBanna, demikian juga seorang Perempuan Yahudi yang benci banget dengan Syeikh Abul A’la Al Maududi, Pemikiran Abul A’la di tentang hingga pada akhirnya wanita Yahudi ini saking gemesnya datang ke Pakistan buat menemui sang Syeikh, dan akhirnya Sang Syeikh melamar wanita Yahudi ini menjadi Istrinya. Subhanallah. Dan terkadang yang dirindukanpun kadang dia tidak tahu jika sedang dirindukan, kadang kerinduan yang dalam membuat dendam yang nyata, melumat rasa yang tak terpatrikan, sesaklah dada, menangis terduduk dalam kangen yang tak tertahan, sedangkan orang yang dikangenin hanya diam saja, dia tidak menggubris apapun, dia terus melakukan apa yang ingin dia lakukan. Kemudian orang yang dicintai kadang tak sejalan dengan kita yang mencintainya, tapi sesungguhnya orang ini sangat mencintai, karena cinta menurutnya tidak harus sejalan, cinta tak harus sepemikiran, cinta tak harus membuat kita sama. Dan yang tak disangkapun kadang suka terjadi, kadang awalnya tidak suka kok malah lebih cinta, kadang benci tak terkira tapi rindu kian membara. Inilah hidup, tidak usahlah kita repot dengan sesuatu yang akan habis, sesuatu yang tidak akan bertahan lama, sesuatu yang akan berakhir, semuanya dari ALLAH maka kembalikan padaNYA. Hari ini, saya baru sempat membaca Kompasiana malam ini, setelah pekerjaan menumpuk untuk dikerjakan satu persatu. Sambil membaca Artikel-artikel menarik yang kadang mengerutkan kening hingga membuat terpingkal-pingkal, saya mencoba memutar sebuah lagu kesayangan setelah Broery kemarin “Buah Semangka Berdaun Sirih” atau judulnya Engkau Begini Aku Begitu, kali ini saya kangen dengan Pance F Pondag yang kujadikan judul tulisan saya kali ini “AGAR TIADA PENYESALAN DAN AIR MATA”, judulnya sich Ku Cari Jalan Terbaik. Bait pertama Lagu ini indah sekali, sangat menggambarkan Kompasiana dan keragaman kita :

Sepanjang Kita Masih terus begini

Tak kan pernah ada damai bersenandung

Kemesraan antara kita berdua

Sesungguhnya keterpaksaan saja

Ya, sepanjang kita masih Egois dengan pendapat kita, kita tidak akan menemukan damai, mati-matian minta dibalas komentar atau klarifikasi, saya yakin tidak akan ada damai yang sejati, kemesraan kita hanya saat gathering, saat pertemuan Kompasianer, mendekati temen penulis hanya sekedar mencari kesalahan dan kelemahannya untuk kemudian diserang saat perpisahan dan acara selesai.

Senyum dan tawa hanya sekedar saja

Sebagai pelengkap sempurnya sandiwara

Berawal dari manisnya kasih sayang

Terlanjur kita hanyut dan terbuai

Kopi panas, jabatan erat, senyum renyah hanya penghias bibir dan wajah seperti para politikus itu, sandiwara-sandiwara nasional dipanggungkan, yang Nazarudin lah, yang Anaslah, yang MK lah, yang KPK lah, yang DPR lah, apalagi berikutnya? Kita telah gelap mata karena materialisme, Hedonisme, dan Liberalisme, dan terbuai dan akhirnya kita sendiri yang akhirnya merasakan kepahitan itu, jika hubungan kita didasarkan keikhlasan tanpa mengharapkan apapun, Insya ALLAH damai akan kita wujudkan.

Kucoba bertahan mendampingi dirimu

Walau kadangkala tak seiring jalan

Kucari dan slalu kucari jalan terbaik

Agar tiada penyesalan dan Air Mata

Saya coba bertahan untuk tidak menyahut ucapanmu, apapun itu, karena saya begitu mencintai, Indonesia cukup Indah, biarlah kita tidak seiring dan sejalan, tidak mengapa, karena cinta tidak harus begitu, saya akan cari jalan terbaik untuk memberikan yang terbaik pula. Agar tidak ada penyesalan, tidak ada perpecahan, tidak ada Air mata.

Selamat Menikmati malam

Bandung, 22 Juli 2011

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi), Direktur Rabbani Hamas Institute Indonesia, dapat dihubungi 085860616183 / 081809807764 / YM : assyarkhan / FB : adikalbar@gmail.com / Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype : adikalbar / PIN BB : 322235A9

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun