Produk Pemikiran Tafsir
Pada riwayat Islam telah dicatat adanya para perempuan yang mejadi tokoh terkemuka, diantaranya adalah Sayyidah Khadijah, 'Aisyah (isteri Nabi Saw.) dan Rabiah al-Bashri (seorang sufi perempuan terkenal).Â
Namun tradisi Islam bahkan saat ini masih cenderung bersifat kaku dan patriarki, yang menghalangi tumbuhnya kesarjanaan di kalangan perempuan.Â
Alquran, sunnah, kepustakaan hadits dan fiqh hanya ditafsirkan oleh laki-laki Muslim yang rata-rata tidak bersedia melakukan tugas-tugas mendefinisikan status ontologis, teologis, sosiologis dan eskatologis perempuan Muslim. Kenyataan seperti inilah yang dalam pandangan Riffat, membuat perempuan menjadi sekunder, subordinatif dan inferior terhadap laki-laki.
Sampai saat ini, sementara perempuan menerima keadaan ini secara pasif. Mereka hampir tidak menyadari tingkat pelanggaran terhadap perikemanusiaan (juga terhadap Islam, dalam pengertian yang ideal) dalam masyarakat yang berpusat pada, dominasi laki-laki terhadap perempuan dengan mencari legitimasi agama dan menegaskan bahwa Islam telah memberikan kepada perempuan hak yang lebih banyak ketimbang tradisi agama lain.Â
Banyak sekali perempuan yang terjerumus dalam perbudakan fisik, mental dan emosi serta tersingkir dari kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi kemanusiaan mereka. Seorang feminis telah melakukan analisa terhadap pengalaman-pengalaman personal mereka sebagai perempuan Muslim.
Dalam konteks isu penciptaan Adam dan Hawa, Alquran yang dipegang oleh banyak orang Islam, Nasrani dan Yahudi bahwa perempuan diciptakan tidak dari laki-laki, tapi juga untuk laki-laki.Â
Dengan kata lain, bahwa Alquran tidak membuat perbedaan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, semuanya setara dan seimbang di hadapan Allah.Â
Allah menciptakan semua itu untuk suatu tujuan tidak untuk bermain-main. Manusia yang diciptakan dengan sebaik-baik bentuk untuk mengabdi kepada Allah, karena pengabdian kepada Allah tidak bisa dilepaskan dengan pengabdian kepada manusia.
Dalam Alquran, tidak hanya menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan benar-benar setara menurut pandangan Allah, tapi juga merupakan anggota dan pelindung satu sama lain.Â