Pada detik-detik mencekam ketika pesawat Air India AI171 mengalami kecelakaan tragis, dunia seolah berhenti berputar bagi para penumpang di dalamnya.
Di tengah kepanikan, suara deru mesin yang gagal, dan dentuman keras saat pesawat menyentuh tanah, sebuah kisah luar biasa muncul dari puing-puing, keajaiban hidup seorang penumpang di kursi 11A, Ramesh Vishwaskumar.
Kisah ini bukan sekadar cerita tentang bertahan hidup, melainkan tentang keberanian, naluri, dan mungkin, sentuhan takdir yang sulit dijelaskan secara logis.
Bayangkan berada di kursi 11A, dekat jendela, di mana pemandangan awan yang biasanya menenangkan tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk. Ketika pesawat mulai menukik, waktu seolah melambat.
Laporan menyebutkan bahwa ia berhasil mencapai pintu darurat, melompat keluar dari pesawat yang sedang kacau, dan menyelamatkan diri saat dunia di sekitarnya runtuh.
Tindakan ini bukan hanya soal keberuntungan, tapi ini adalah perpaduan antara keberanian, kesiapan mental, dan naluri bertahan hidup yang bekerja dalam harmoni sempurna.
Namun, apa yang membuat kisah Ramesh begitu dramatis dan menggugah?
Pertama, ini adalah pengingat bahwa dalam momen-momen terburuk, manusia mampu melakukan hal-hal yang hampir tak terbayangkan.
Dalam hitungan detik, Ramesh harus membuat keputusan hidup atau mati, tetap di tempat duduknya dan menyerah pada nasib, atau bergerak cepat menuju pintu darurat dengan risiko yang tak kalah besar.
Pilihannya untuk bertindak adalah cerminan dari kekuatan batin yang sering kali baru terlihat saat kita dihadapkan pada ujian terberat.