Mohon tunggu...
Adista Pattisahusiwa
Adista Pattisahusiwa Mohon Tunggu... Editor

Wartawan dest politik (Nusantara II DPR RI Parlemen Senayan 2014-NOW) (Polda Metro, Since 2016) Nyong Ambon Saparua Maluku | ALLAH SWT is my Lord. (Alumni Kerusuhan Ambon 1999)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Program 'Anak Nakal Ke Barak Militer', Solusi Tergesa Atau Langkah Inovatif?

14 Mei 2025   17:35 Diperbarui: 14 Mei 2025   17:35 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program pengiriman anak yang dianggap "nakal" ke barak militer, yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, telah memicu perdebatan sengit.

Di satu sisi, program ini dipuji sebagai upaya inovatif untuk menanamkan disiplin dan menyelamatkan generasi muda dari degradasi moral.

Di sisi lain, banyak yang mengkritiknya sebagai pendekatan yang tergesa-gesa, berpotensi melanggar hak anak, dan tidak menyelesaikan akar masalah kenakalan remaja.

Sebagai praktisi media, saya melihat program ini memiliki niat baik, tetapi pendekatannya keliru dan berisiko lebih besar daripada manfaatnya.

Tujuan utama program ini, membentuk karakter dan kedisiplinan patut diapresiasi. Di tengah maraknya tawuran, balapan liar, dan perilaku bermasalah lainnya, langkah untuk mengintervensi kenakalan remaja memang diperlukan.

Pendekatan berbasis barak militer dapat memberikan pengalaman baru bagi anak-anak yang sulit diatur, terutama mereka yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang mendukung.

Keterlibatan TNI, Polri, dan psikolog, serta persetujuan orang tua, menunjukkan upaya untuk menjaga program ini tetap terarah dan tidak semata-mata bersifat militeristik.

Klaim bahwa beberapa siswa menunjukkan perubahan positif, seperti lebih disiplin dan menghentikan kebiasaan buruk, juga menjadi poin yang mendukung efektivitas jangka pendek.

Kelemahan yang Mengkhawatirkan

Namun, kelemahan program ini jauh lebih signifikan. Pertama, pendekatan militeristik tidak sesuai untuk mengatasi kenakalan remaja yang sering kali berakar dari masalah psikologis, pola asuh, atau lingkungan sosial.

Seperti yang dikatakan psikolog Aully Grashinta, tekanan disiplin ketat justru berisiko menurunkan harga diri atau memicu agresivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun