Mohon tunggu...
Adis Setiawan
Adis Setiawan Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa | Penulis Lepas

Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengamati Pergerakan Salafi Wahabi

18 Juni 2019   08:31 Diperbarui: 16 Agustus 2020   15:23 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan adanya kejadian pengusiran atau pembubaran pengajian kepada ustadz yang dilabeling wahabi akhir-akhir ini menandakan bahwa demokrasi kita kurang diamalkan. Kalau kita benar membantu proses terbentuknya demokrasi terapkan kebebasan berpikir untuk sesama warga negara Indonesia, Mau Syiah, Salafi, Wahabi, liberal, kapitalis,tradisionalis dan abangan dan lain-lain yang banyak itu, misalnya ada kromo gadul lah darmo gandul saling menghormati minimal menyikapi perbedaan dengan gembira jangan emosian jangan spanengan.

Kelompok manhaj salaf atau yang biasa disebut salafi oleh netizen yang pro, dan disebut wahabi oleh netizen yang kontra dengan pemahamanya. Jadi, namanya salafi/wahabi penulis menyebutnya, mereka juga tidak mau di sebut penamaan kelompok, organisasi, persyarikatan,  mereka menganggap dirinya sebagai Islam Sunni Ahlus Sunnah wal jamaah. Kenapa ada pe-namaan atau labeling terhadap kelompok mereka, itu berdasarkan cerita sejarah yang sangat rumit penuh dengan perbedaan (baca; salafi, wahabi).

Kelompok salafi / wahabi ini mungkin sering kita lihat, atau kita pernah melihatnya tapi tidak tahu kalau itu bagian dari mereka. Dari kebiasanya mereka berpenampilan menurut mereka adalah pakaian sunnah, seperti memakai celana no-isbal atau celana di atas mata kaki, tapi ini bukan patokan kalau mereka salafi bisa saja orang fashion tiruan zaman now. Baju muslim seperti ala pakistan dan berjenggot sunnah dan yang perempuan (akhwat) berbaju muslim tidak ketat, seperti memakai mukenah dan biasanya memakai niqab --penulis menyebutnya cadar penutup muka. Itu kalau di lihat dari penampilan.

Yang penulis kagumi dari mereka adalah sangat kompak dan istiqomah dalam mengikuti pengajian, mencari ilmu kepada guru yang sepaham dengan manhaj mereka --bukan seperti Simpatisan Muhammadiyah, sudah punya HPT justru mengikuti Ustad lain --selain HPT.

["Biasanya pengajian mereka dinamakan 'Pengajian Sunnah', Tetapi bukan berarti selain pengajian mereka bukan sunnah"],

Jamaah mereka walaupun di sebut masih sedikit --sedang berkembang, tetapi ketika ada pengajian sunnah di daerah tertentu luar biasa yang datang begitu banyak.

Pemahaman Islam mereka yang selalu berjargon kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Sering mengkampanyekan hijrah yang maksud hijrah ke pemahaman mereka --istiqomah, mengamalkan sunnah, beribadah tepat waktu, meninggalkan hal-hal yang maksiat, menjauhi bid'ah, mengunakan ekonomi yang syar'i tanpa riba, sistem negara yang Islami.

Kekompakan dalam hal ekonomi, mereka ketika jual beli di dahulukan kepada sesama muslim atau sepaham dengan mereka. Pekerjaan mereka banyak membuka usaha-usaha dagang. Mereka keluar dari ketergantungan ekonomi dari perusahan non-muslim. Banyak pula yang keluar dari pekerjaan yang menganggu hal ibadah --harta bisa di cari dengan cara yang halal. Sedikit tapi halal asalkan tidak menganggu ibadah mungkin seperti itu cara berfikirnya.

Kekaguman yang lain, semangat sholat berjamaah yang luar biasa, pernah melihat di masjid begitu jamaah yang banyak -- shalat jamaah lebih penting, jamaah masjid full, shaf lurus, shaf rapat antara makmun yang satu dengan yang lainnnya, antara kaki saling menempel. Di beberapa masjid daerah Bekasi sudah banyak kita temui, sering sholat berjamaah di perkumpulan manhaj salafi, ketika shalat kaki penulis di tempeli agar rapat, pundak bahu nempel agar rapat juga, demi kerapatan  shaf-nya.

Walapun masjid mereka sepi dari tidak adanya puji-pujian setelah adzan, tidak ada dzikir keras secara berjamaah setelah sholat, Tapi keadaanya di bayar makmur dan banyaknya jamaah yang datang untuk sholat berjamaah. Banyaknya jamaah ketika sedang ada kajian sunnah, apalagi kalau lagi ada kegiatan malam bimbingan Takwa tidur di masjid banyak jamaahnya, makan-makan bareng. Pernah ada beberapa tokoh islam yang menyebut kalau manhaj salaf ini kaku dan spaneng, penulis yang sering kumpul dengan mereka-mereka biasa saja, makan bareng ramai-ramai di masjid seru juga tidak seperti apa yang di beritakan.

Wallahu 'Alam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun