Mohon tunggu...
Adis Setiawan
Adis Setiawan Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa | Penulis Lepas

Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pemblokiran Aplikasi Telegram

1 April 2019   13:25 Diperbarui: 14 Agustus 2020   09:33 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Akhir-akhir ini pada bulan Juli 2017 media online diramai-kan dengan adanya wacana pemblokiran salah satu platform  media sosial yaitu aplikasi "Telegram". Dapat tekanan dari manakah pemerintah sampai membuat wacana pemblokiran aplikasi tersebut ?. Kenapa hanya media sosial jenis telegram saja yang harus diblokir, kenapa platform lain-nya seperti Facebook, Twitter, dan Whatsapp juga tak ikut diblokir.

['Kalau  pemerintah mau membuat wacana yang adil,  banyak pengguna sosial media yang sering share berita-berita radikal atau paham khawarij, dan kebanyakan mengopini masyarakat untuk makar, hal itu tidak hanya cuma terjadi di aplikasi Telegram saja, Di Facebook, Instagram, Twitter dll, juga ada kok. Kenapa harus Telegram saja, kok seperti itu model pemerintahan kita, seperti  kurang adil dalam masalah penegakkan hukum'']. Ya sudah lah bagi penulis sedikit kecewa karena juga sebagai pengguna aplikasi telegram.

Dengan adanya wacana pemblokiran aplikasi telegram banyak masyarakat yang kecewa. Dari kalangan pembaca, ada yang suka membaca artikel ilmu agama di channel aplikasi Telegram. Ada juga dari kalangan penjual online yang mereka mempromosikan barang dagangan-nya di telegram. Bagi penulis kecewa karena telegram adalah sebagai salah satu nara sumber --sumber kutipan dalam hal menulis di Blog pribadi.

Sudah hampir 8 tahun menulis di blog dengan dua kali mendapat ujian hidup eee...aa. Ketika blog penulis yang pembukuan ilmu debat dotcom mendapatakan ujian dari hilangnya file-file sebagai narasumber entah di hapus atau terhapus oleh orang yang tidak dikenal. Maka dari itu penulis pindah aliran konten dari yang tadinya debat Islam vs Kristen dengan ilmu dan sopan santun, maka penulis fokus pindah ke Ilmu kajian via Media Sosial isi konten-nya tidak terlalu berat dan radikal .

Nah kali ini karena ada wacana pemblokiran telegram otomatis narasumber --sumber kutipan untuk menulis di blog akan hilang. Biasanya sebelum menulis di blogger penulis mencari opini sandaran via aplikasi telegram, hampir seperti sanduran.

Penulis beropini bahwa yang menekan pemerintahan untuk memblokir telegram dari aliran Islam yang tidak suka dengan kelompok 'nyunah' mungkin tapi ya. Sudahlah karena aliran Islam bagian itu sudah banyak kekuasan-nya disektor pemerintahan sudah dimasuki dan dikuasai, jadi ketika membuat kebijakan ya yang menguntungkan kelompoknya pastinya.

Memang dari lacakkan penulis di telegram isinya hampir di kuasai oleh channel Islam model Nyunah. Jadi, penulis beropini begitu. Islam Model Nyunah ini argumenya berlawanan sama aliran islam model bagian lain yang berkembang di Nusantara --kebanyakan umumnya. Tetapi yang terpenting bagi penulis bisa Nge-Blog lagi, apakah penulis masih bisa Nge-Blog.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun