Mohon tunggu...
Adi Prayuda
Adi Prayuda Mohon Tunggu... Dosen - Seorang dosen, penulis, dan murid meditasi

Seorang Dosen Ekonomi di Universitas Islam Al-Azhar Mataram, yang juga merupakan pemandu meditasi di Santosha Emotional Healing Center. Penulis berbagai buku self development dengan pendekatan meditasi (Jeda).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Yang Negatif dari Berpikir Positif

1 November 2022   20:02 Diperbarui: 1 November 2022   20:13 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: successconciousness.com

Dalam ilmu fisika, dikenal sebuah hukum tentang gerak (motion), bernama Hukum III Newton. Dalam hukum tersebut diungkapkan, "Whenever two objects interact, they exert equal and opposite forces on each other. Every action has an equal and opposite reaction." 

Secara sederhana, dapat diartikan bahwa ketika dua benda berinteraksi, masing-masing mengeluarkan gaya yang sama, namun berlawanan arah. Setiap aksi akan mendapatkan reaksi yang besarnya sama, namun arahnya berlawanan. Hukum ini, di Indonesia, dikenal dengan nama hukum aksi-reaksi. 

Hukum ini menjadi penting di tataran objek atau benda, dan menjadi sangat penting di tataran mental. Motion dan emotion sangat dekat hubungannya. E-motion adalah energy in motion. Emosi itu sendiri adalah energi yang bergerak, terutama di dalam diri kita. Terekspresi menjadi berbagai bentuk dengan segala intensitasnya. Emosi tentu tidak selalu berkonotasi negatif, tapi juga positif.

Emosi yang berkonotasi negatif seperti marah, sedih, kecewa, dendam. Emosi yang berkonotasi positif seperti senang, syukur, kagum. Emosi-emosi ini hadir tidak lepas dari adanya pikiran. Pikiran dan emosi sangat erat kaitannya. Bahkan bisa dikatakan bukan sesuatu yang benar-benar terpisah. Yang satu sangat memengaruhi yang lainnya. Emosi mempengaruhi pikiran, begitu juga sebaliknya, pikiran tertentu mempengaruhi munculnya emosi tertentu. 

Bila diibaratkan lautan, pikiran adalah riak-riak ombaknya, sedangkan emosi adalah sesuatu yang lebih dalam dari riak-riak ombak, yakni arus laut di bawah riak-riak ombak itu.

Banyak dari kita "tidak menyukai" emosi-emosi yang dikategorikan negatif. Dengan berbagai cara dan metode berusaha "mengenyahkan" emosi tersebut, yang itu sama artinya dengan "mengenyahkan" pikiran yang memicu emosi tersebut. Pikiran yang memicu emosi negatif ini dikategorikan sebagai pikiran negatif. Lalu apa yang biasanya kita lakukan? 

Hal ini jugalah yang biasanya kita dengar dari para motivator dan para trainer pengembangan atau pemberdayaan diri. Berpikir positif! Mengubah pikiran negatif menjadi positif. Mengubah malas menjadi semangat. Mengubah dendam menjadi pemaafan. Mengubah sedih menjadi senang. Itu semua tampak baik di tataran kata, tapi menghasilkan kekacauan di level batin.

Ketika rasa malas sedang bertamu di dalam diri, kemudian "didesak" oleh pikiran tentang semangat, apa yang terjadi? Mungkin kita bisa semangat, tapi semangat itu tidak bertahan lama. Malasnya tidak benar-benar pergi, hanya "tertindih" sementara, dan menunggu "momen yang tepat" untuk muncul lagi, dengan kekuatan yang "lebih besar" dari sebelumnya. Ada aksi, ada reaksi. Bila terus "ditekan", akan "menekan" ke arah yang menekan. 

Itu Hukum III Newton. Apapun yang dilawan, akan melawan balik. Begitu juga dengan rasa dendam yang "ditekan" oleh pikiran positif tentang memaafkan. Setali tiga uang dengan rasa sedih yang "didorong secara paksa" oleh pikiran positif yang sekiranya bisa memicu rasa senang.

Berpikir positif tentu baik. Melakukan kegiatan positif pun tentu sangat disarankan. Namun, bila 'kepositifan' itu kita gunakan untuk melawan atau menekan sesuatu yang sangat tidak kita inginkan, justru itu sama sekali tidak menghilangkan masalahnya. Mungkin membuatnya sedikit 'tersembunyi', sehingga 'tidak tampak', tapi 'tidak hilang'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun