Beberapa tahun lalu, saya baca penelitian tentang otak manusia. Jadi, menurut penelitian itu, rata-rata manusia biasanya memiliki lebih dari 6.200 (enam ribu dua ratus) pikiran dalam satu hari.
Statistik tersebut berasal dari tim ahli psikologi di Queen's University - Kanada, yang mengatakan bahwa mereka telah mengembangkan cara yang belum pernah dilihat sebelumnya untuk mendeteksi kapan satu pikiran berakhir dan pikiran lain dimulai.Â
Hal tersebut dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan di Nature Communications.
Bila angka yang didapat para ahli tersebut dibagi dengan 24 jam, maka rata-rata jumlah pikiran manusia setiap jam adalah 258 (dua ratus lima puluh delapan). Angka yang tidak kecil untuk ukuran jumlah pikiran.Â
Apalagi di zaman yang serba cepat ini, jumlah informasi begitu banyak terserap begitu saja. Hal itu pun tidak didukung oleh kemampuan menyaring informasi. Alhasil, manusia-manusia modern, yang aktivitas fisik dalam pekerjaannya tidak sebanyak dan seberat manusia puluhan tahun lalu, kelelahannya berupa: Kelelahan Mental.
Overthinking menjadi satu fenomena gangguan mental yang sering kita baca atau dengar di berbagai media saat ini. Orang yang mengalami overthinking diistilahkan dengan overthinker. Bukan hanya orang tua, anak muda pun sudah mengalami ini. Secara sederhana, kebanyakan kita mengartikan overthinking sebagai berpikir terlalu banyak atau berlebihan dalam suatu jangka waktu tertentu.Â
Ini berbeda dengan berpikir mendalam. Berpikir mendalam memiliki tujuan yang spesifik, namun berpikir berlebihan tidak memiliki tujuan apa-apa, hanya terhanyut oleh pikiran, yang seringkali justru mengantarkan kepada kecemasan, panik, kesedihan, kemarahan, kekesalan, dan kekecewaan.
Banyak yang merasa bahwa overthinking terkait dengan banyaknya JUMLAH PIKIRAN. Hal tersebut tidak salah sepenuhnya, mengingat bahwa jumlah pikiran manusia, menurut riset, memang sudah banyak. Namun, ini tidak semata-mata terkait jumlah pikiran, namun jumlah reaksi yang diberikan pada pikiran.Â
Ada orang-orang mudah terpicu dengan hadirnya pikiran tertentu, ada juga yang tidak mudah terpicu. Dengan jumlah pikiran yang rata-ratanya memang sudah banyak, ada orang yang cepat panik, ada yang tenang. Ini tidak terkait dengan jumlah pikiran, tapi kemampuan menyadari jumlah energi perhatian yang diarahkan kepada pikiran-pikiran yang lalu lalang.
Jadi, menurut pendekatan jeda atau meditasi, overthink lebih kepada kecenderungan/tendensi/reaksi terhadap pikiran yang lalu-lalang di dalam diri kita, alih-alih jumlah pikirannya. Kecenderungan untuk mengontrol pikiran, mengubah suatu pikiran yang dinilai negatif ke pikiran positif, menekan pikiran, berusaha menghilangkan pikiran tertentu adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi kesehatan mental kita.Â