Mohon tunggu...
Adinda Mutiara
Adinda Mutiara Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi S1 Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Saya suka main

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Taman Nasional Gunung Leuser: Apakah Ekowisata Pilihan Tepat untuk Pariwisata di Kawasan Lindung?

6 Desember 2022   03:38 Diperbarui: 6 Desember 2022   03:42 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah demi menjaga kelestarian sumber daya alam yang dimiliki, salah satunya melalui pembentukan kawasan lindung taman nasional. Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, taman nasional di definisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Berdasarkan data dari Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, saat ini Indonesia tercatat memiliki sejumlah 54 unit taman nasional dengan total luas kawasan 16 juta hektar yang mana enam diantaranya telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Salah satu taman nasional yang mendapatkan penghargaan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO adalah Taman Nasional Gunung Leuser yang membentang dari Provinsi Aceh hingga Sumatera Utara.

Taman Nasional Gunung Leuser yang didirikan pada tahun 1997 telah menjadi habitat untuk menaungi sebanyak 89 spesies penyangga kehidupan berupa flora, fauna, serta ekosistemnya dengan satwa utama diantaranya Orangutan Sumatera, Badak Sumatera, Harimau Sumatera, dan Gajah Sumatera. Taman Nasional Leuser ini diklasifikasikan dalam sembilan zona untuk menentukan pemanfaatan dari masing-masing kawasan tersebut. Zona di Taman Nasional Leuser ini terdiri dari zona inti, rimba, pemanfaatan, perlindungan bahari, tradisional, rehabilitasi, religi budaya sejarah, khusus, dan lainnya.  Selain menjadi habitat untuk melindungi beberapa spesies satwa, Taman Nasional Gunung Leuser juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata.

Permasalahan mengenai dampak negatif dari pariwisata terhadap lingkunganpun sepertinya telah menjadi isu yang umum dikonsumsi publik. Sehingga pemanfaatan taman nasional sebagai kawasan wisata mungkin cukup membingungkan bagi orang awam, dimana kegiatan antara konservasi pada taman nasional dan aktivitas pariwisata dinilai tak sejalan. Namun dalam pelaksanaanya, taman nasional pasti telah mempertimbangkan jenis kegiatan wisata seperti apa yang memiliki prinsip serta visi dan misi serupa dengan miliknya. Umumnya sebagian besar taman nasional mengusung konsep ekowisata dalam pemanfaatan kawasan untuk kegiatan pariwisata.

leuser-638e52dd08a8b52d0d57fa62.jpg
leuser-638e52dd08a8b52d0d57fa62.jpg

Sumber: Website Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem

Penerapan ekowisata pada taman nasional dianggap tepat, mengingat ekowisata didefinisikan sebagai suatu kegiatan wisata yang berdasar pada sumber daya alam secara berkelanjutan dengan memasukkan unsur-unsur dinamika sosial dan budaya, dimana wisatawan berinteraksi dengan masyarakat lokal di taman nasional dan daerah-daerah yang belum banyak dikembangkan (Zeppel,1999). Secara hierarki, taman nasional tergolong sebagai kawasan konservasi, dan di sisi lain kegiatan utama dari ekowisata adalah aktivitas konservasi.  Disamping itu, salah satu tujuan dari ekowisata adalah untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada wisatawan, sedangkan menurut Zeppel (2009) tujuan dibangunnya taman nasional adalah untuk menciptakan area pengetahuan, pemebelajaran dan rekreasi, serta untuk melindungi budaya masyarakat adat, sehingga jika dikaitkan keduanya saling melengkapi satu sama lain dalam implementasinya. Dari beberapa pemaparan tersebut dapat dilihat adanya pola yang berkesinambungan antara taman nasional dan ekowisata.

 Dilihat dari prinsip yang dimilikipun, ekowisata juga dipercaya dapat menjadi solusi untuk menekan dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata. Hal ini berkaitan dengan esensi ekowisata yang lebih berorientasi pada kegiatan wisata berbasis konservasi alam, sehingga dibandingkan dengan aktivitas wisata pada umumnya, aktivitas ekowisata justru mengajak wisatawannya untuk ikut berkontribusi pada pemeliharaan alam. Pelaksanaan dari ekowisata di Taman Nasional juga dianggap memberikan keuntungan ekonomi dan sosial-budaya. Misalnya seperti kasus pada Taman Nasional Gunung Leuser, penerapan ekowisata tampaknya memberikan dampak sosial positif kepada masyarakat lokalnya yang mana pada awalnya banyak dari mereka sering melakukan pembalakan hutan, tetapi kini justru mereka telah berubah menjadi penjaga hutan.

taman-nasional-gunung-leuser-638e53ae08a8b561b6162cc2.png
taman-nasional-gunung-leuser-638e53ae08a8b561b6162cc2.png

Sumber: pegipegi.com

Namun apakah penerapan ekowisata pada taman nasional dapat disimpulkan sebagai bentuk pengembangan wisata yang paling ideal untuk taman nasional? sementara dalam praktiknya, ekowisata sendiri masih mendapat beberapa kritik seperti pelanggaran konservasi, rendahnya tingkat partisipasi masyarakat, dan pengelolaan yang salah akibat kurangnya pengetahuan terhadap konsep ekowisata itu sendiri.

Jawaban dari pertanyaan dan pernyataan tersebut adalah kembali lagi kepada bagaimana masing-masing badan pengelola taman nasional terkait, mengelola dan membentuk perencanaan wisata. Seberapa baik pengelolan taman nasional terkait, dapat mengimplementasikan nilai-nilai ekowisata terhadap kawasan taman nasional sehingga prinsip prinsip konservasi tetap terjaga. Namun, jika pengelolaan ekowisata pada taman nasional dilakukan dengan baik sesuai dengan prinsip ekowisata, maka konsep ekowisata pada taman nasional dapat dikatakan tepat. Sebab, jika dibandingkan dengan jenis wisata lainnya, prinsip ekowisata dapat dikatakan adalah yang paling cocok dengan visi dan misi taman nasional. Menurut Gouvea (2004), jika dikelola dengan baik, kawasan taman nasional akan mendapatkan banyak manfaat potensial dari pelaksanaan ekowisata yang meliputi nilai ekspor yang baik, perlindungan keanekaragaman hayati, menciptakan lapangan kerja secara langsung maupun tidak langsung, memberdayakan masyarakat dengan adanya pelatihan, dan lain sebagainya. Hal ini juga yang menjadi faktor mengapa kebanyakan taman nasional di Indonesia menggunakan konsep ekowisata dalam pengembangan aktivitas wisatanya, yaitu karena selain mendapatkan manfaat ekonomi, dengan ekowisata taman nasional juga akan mendapatkan keuntungan untuk kawasan alamnya.

Demi mencapai keseimbangan prinsip antara ekowisata dan taman nasional, maka badan pengelola taman nasional perlu membentuk strategi pengelolaan taman nasional berdasarkan konsep ekowisata secara terstruktur. Strategi yang tepat diperlukan untuk meminimalisasi conflicting issue yang mungkin terjadi. Strategi yang dirancang juga harus dibedakan menjadi manajemen standar dan manajemen adaptif, serta mempertimbangkan relevansinya terhadap masa kini dan masa yang akan datang guna mengantisipasi kemungkinan kemungkinan yang ada. Apabila strategi pengelolaan ekowisata pada taman nasional yang dirancang tidak cukup matang, maka di masa yang akan datang akan ada kemungkinan terjadinya pergeseran nilai ekowisata pada taman nasional itu sendiri. Selain itu, untuk mencegah adanya pergeseran persepsi, maka pelaksanaan ekowisata pada taman nasional perlu diikuti dengan  adanya monitoring dan evaluasi rutin sehingga dapat di analisis hal apa saja yang sekiranya melenceng dari strategi pengelolaan awal.

Di masa mendatang, penerapan aktivitas ekowisata pada taman nasional sepertinya akan semakin menjamur mengingat jumlah taman nasional Indonesia yang terus bertambah, maka tingkat ekowisatanya pun juga akan naik karena seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa ekowisata merupakan konsep pariwisata yang paling cocok dengan taman nasional. Selain itu, minat wisatawan terhadap kegiatan ekowisata diperkirakan akan meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun