Mohon tunggu...
Adinda Salsabilla Riyalda
Adinda Salsabilla Riyalda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Proud IR Student.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Yuk, Saring Following di Sosial Media!

1 Juni 2020   11:49 Diperbarui: 1 Juni 2020   14:19 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Menjadi hal yang wajar bagi kita yang sedang karantina mandiri di rumah menjadi lebih terikat dengan smartphone dan media sosial di dalamnya. Setelah melakukan beragam aktivitas yang melelahkan seperti meeting online, kelas online, webinar, atau memberes-beres rumah yang berantakan dan piring kotor berserakan, smartphone adalah penghilang jenuh terbaik dan termudah yang bisa kita pilih. 

Dengan beberapa detik, kita dapat melihat kehidupan orang lain yang kita ikuti media sosialnya di berbagai belahan kota bahkan dunia, melihat video-video lucu, melihat meme yang membangkitkan mood seketika. Atau yang paling sering dilakukan saat tidak bisa bebas keluar rumah seperti sekarang ini, tentu saja memesan makanan lewat aplikasi delivery atau ojek online. Mencari barang dan kebutuhan atau sekedar hanya cuci mata lewat platform belanja online. Dan yang paling penting, bersilaturahmi dengan teman-teman yang sudah lama sekali tidak bertemu karena pandemi ini. Pokoknya, smartphone dan sosial media itu sangat memudahkan dan menghibur deh! Tapi, bagaimana kalau orang-orang yang kita ikuti memberikan informasi dan opini yang salah dan tidak tepat?

Seperti yang telah kita lihat beberapa waktu lalu, banyak selebgram maupun influencers atau yang kita kenal sebagai orang yang terkenal dan banyak diikuti oleh ribuan bahkan jutaan pengikut di seluruh Indonesia, banyak dirundung karena kesalahan informasi yang mereka berikan atau kesalahan perbuatan yang mereka lakukan. Dari mulai memberikan informasi mengenai langkah mencegah corona berdasarkan penelitian WHO ternyata hoax yang bahkan sangat berbahaya jika dilakukan, mencoba memberi sembako ternyata isinya sampah, memberikan opininya mengenai dirinya yang tidak percaya corona sehingga tidak pernah memakai masker jika keluar rumah dan tidak mencuci tangan jika habis dari luar rumah, menyebarkan informasi bahwa corona adalah konspirasi elit global, atau bahkan warga yang merundung para tenaga medis yang mengeluh karena melonjaknya corona di Indonesia. Dan tentunya masih banyak lagi hal-hal yang disebarluaskan melalui media social yang membuat geram.

Tentunya, itu adalah hak dan resiko dari penggunaan media sosial. Banyak disinformasi, banyak perundungan, banyak hal-hal yang palsu demi mengejar popularitas. Tidak sedikit yang mendapatkan sanksi sosial yang nyatanya lebih parah daripada sanksi pidana karena komentar pedas nan jahat para pengguna media sosial yang tidak henti menghajar mental seseorang. Untuk itu, ada perlunya selain menyaring apa yang kita bagikan, kita juga perlu menyaring orang-orang yang kita ikuti di media social, apalagi di masa-masa sensitif seperti sekarang ini. Perlu kita ingat, kita tidak pernah tau apa yang orang lain akan bagikan di media sosialnya, dan juga kita tidak bisa mengatur apa yang harus mereka perlihatkan. Karena itu, saya mengatur apa yang saya akan lihat. 

Dari apa yang saya lakukan, saya selalu mengikuti orang-orang yang selalu membagikan hal yang positif, karena, memang manusia lah yang menjadi ‘patokan’ saya untuk mengikuti akunnya. Jika manusia tersebut suka menyebar hoax, penuh dengan drama dan penggiringan opini negatif, sudah pasti akan saya hiraukan karena akan berdampak buruk bagi mental saya. Saya akan mengikuti orang-orang yang setidaknya, menampilkan sisi positif dari hidupnya walaupun who knows hidupnya mungkin tidak secantik yang ia perlihatkan. Seperti ia selalu set goals untuk selalu menyempatkan melakukan olah raga, membagikan meal plan yang baik, membagikan hal-hal yang positif dan membangkitkan mood, memperlihatkan hasil seni yang mereka lakukan dalam mengatasi kebosanan, membagikan resep-resep makanan, dan yang paling penting, membagikan pengetahuan-pengetahuan yang tidak saya dapatkan dari sekolah maupun keluarga saya karena masih dianggap tabu, yaitu kesehatan mental. Dan banyak lagi hal positif lainnya yang memacu saya untuk melakukan apa yang mereka lakukan. 

Memang kedengarannya tidak seru, tapi itu sangat berguna untuk mental saya dibanding saat saya mengikuti selebgram yang dipenuhi oleh drama dan pertengkaran yang sebenarnya tidak penting untuk mereka perlihatkan dan saya ikuti perkembangannya. Jika dalam makanan terdapat pribahasa you are what you eat, bagi saya sama halnya dengan you are what you follow on social media. Jadi, karena kita tidak bisa mengubah seseorang untuk mengikuti dan mengamini apa yang kita harapkan, lebih baik saya yang mengubah diri saya sendiri, unfollow hal yang tidak penting, tidak perlu berkomentar pedas dan penuh kata rundungan. Karena jika kita serbu seseorang yang melakukan disinformasi tersebut, sama saja akan membangkitkan popularitas mereka walaupun awalnya harus terasa pahit. Banyak selebgram yang awalnya di bully, sekarang jadi open endorsement dan mengais banyak keuntungan. Istilahnya, stop making stupid people famous. Jika kita tidak suka, silakan di unfollow atau block. Menurut saya, hal ini menjadi penting karena apa yang kita lihat berpengaruh kepada mental kita dan cara kita menikmati juga menjalani hidup. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun