Mohon tunggu...
Tinta Hitam
Tinta Hitam Mohon Tunggu... Human Resources - Pluviophile ☔

A D I N D A

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Haruskah Kita Menjadi Beda Dari Yang Lain?

28 September 2021   00:33 Diperbarui: 28 September 2021   00:47 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(image by tintahijau.com)

Sebelum membahas mengenai menjadi beda dari yang lain, kita harus mengetahui mengenai perilaku. Apa itu perilaku? Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu, organisme, sistem, atau entitas buatan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri atau lingkungannya, yang mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta lingkungan fisik (wikipedia), Sedangkan menurut Notoatmojo (2010) Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Atau lebih jelasnya perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri.
Nahh, jika membahas mengenai perilaku, pastinya terlintas dipikiran kita bahwa perilaku itu adalah sifat seseorang, dan tentunya sifat seseorang pastinya berbeda-beda bukan? Setiap orang punya karakter yang berbeda, sifat yang berbeda, perilaku yang berbeda, tidak bisa dipungkiri bahwasanya memang Tuhan menciptakan makhluknya dengan banyak ragamnya. Dan hal itu membuat kita merasa spesial dan tidak berfikir bahwa menjadi beda dari yang lain adalah hal yang tidak benar. Menjadi beda dari yang lain bukan berarti kita salah, juga bukan berarti kita paling benar, setiap manusia tidak pernah dituntut untuk menjadi sama satu sama lain, dan begitupun sebaliknya, bahwasannya setiap manusia juga tidak dituntut untuk menjadi orang yang beda atau unik dari yang lain. Lalu, haruskah kita menjadi beda hanya karena tuntutan dari orang sekitar?
Ada beberapa sikap yang menjadi alasan seseorang berani menjadi beda dari yang lain
Yang pertama, mungkin karena keinginan ya, seseorang terlihat ingin menjadi beda dari orang lain, agar dia dipandang dan menjadi pusat perhatian, dan merasa hal itu menjadikan dia lebih percaya diri. Yang kedua, karena seseorang ingin membuktikan bahwasanya menjadi beda dari yang lain adalah suatu yang benar, dan menganggap orang lain salah, hal ini yang seharusnya dihilangkan dari mindset seseorang.

Tiap orang punya jalan yang berbeda-beda, kita tidak tahu mengenai seluk beluk kehidupan semua orang, yang ideal untuk kita, juga belum pasti ideal untuk orang lain. Ada beberapa alasan untuk tidak membeda-bedakan diri sendiri dengan orang lain :

1. Merusak perasaan diri sendiri
Penelitian mengemukakan bahwasannya kebiasaan membeda-bedakan diri sendiri dengan orang lain akan membuat perasaan kita menjadi iri, rendah hati, atau bahkan depresi. Membeda-bedakan diri sendiri ke atas akan membuat kita merasa tidak pernah cukup dan akan terus-menerus menginginkan suatu hal, sedangkan membeda-bedakan dengan yang dibawah akan membuat kita merasa seolah menikmati kegagalan atau kemalangan orang lain agar merasa lebih nyaman dengan diri sendiri.
2. Membandingkan dengan informasi yang tidak benar
Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan di Personality and Social Psychology Bulletin menegaskan bahwa orang cenderung mengungkapkan lebih sedikit emosi negatif mereka daripada emosi positif. Studi tersebut juga menemukan bahwa orang cenderung melebih-lebihkan keberadaan positif dalam hidup orang lain, sementara mereka salah menafsirkan atau gagal mendeteksi perasaan negatif pada orang lain.
Jadi, apa yang disampaikan sering kali bukan merupakan gambaran yang lengkap. Tak hanya itu, kita juga cenderung mengubah informasi yang kita terima. Jadi, jika menemukan diri kita pada satu waktu mulai membandingkan diri dengan orang lain, berhentilah melakukan itu. Kemudian, tanyakan pada diri sendiri apakah adil untuk membuat suatu perbandingan jika kita sebetulnya tidak punya informasi yang lengkap dan belum tentu benar.
3. Tidak membantu diri sendiri untuk mencapai target dalam hidup
Bersikap keras pada diri sendiri dapat merusak motivasi dan menurunkan semangat hidup yang kemungkinan kita mencapai susah mencapai target hidup.Jika kita benar-benar ingin mencapai kehidupan yang terasa memuaskan dan sesuai dengan tujuan kita, maka sebaiknya dedikasikanlah waktu dan energi untuk memberikan nilai-nilai pada diri sendiri dan mengapresiasi diri.
4. Menjadikan diri kita merasa gagal
Selain membuat diri kita sulit mencapai target hidup, kebiasaan membeda-bedakan diri dengan orang lain juga sama dengan mengarahkan diri kita ke jurang kegagalan. Menurut Lifehack, di dalam hidup kita akan selalu ada seseorang yang secara subjektif melakukan sesuatu lebih baik daripada kita. Jika kita menilai diri sendiri dengan standar tersebut, kita tidak akan pernah merasa nyaman dan puas dengan diri sendiri dan akan menyalahkan diri sendiri, dikarenakan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Pada akhirnya, kondisi ini malah akan membuat kita gagal dan menyerah pada tujuan hidup kita karena merasa tidak akan pernah bisa mencapainya.

Oleh karena itu, kita tidak perlu merasa harus sama seperti si A atau si B, kita adalah kita, tidak perlu berusaha menjadi sama dengan yang lain, tapi bukan berarti kita tidak boleh mencontoh sikap positif dari orang lain ya. Dalam kehidupan ini, perbedaan merupakan sebuah hal yang mesti terjadi. Hal itu diakibatkan dari berbagai macam atau alasan yang mendasarinya. Setiap perbedaan bisa menjadi anugerah dan juga bisa menjadi ancaman. Hal itu tergantung cara pandang kita dalam menyikapinya.
Jika kita memandangnya sebagai anugerah, maka perbedaan itu akan terasa indah mewarnai hidup. Namun, jika perbedaan itu dipandang sebagai ancaman, maka akan menjadi masalah bagi kita.
Tuhan menciptakan akal manusia dengan berbeda satu sama lain. Perbedaan ini semakin mungkin terjadi karena perbedaan kapasitas keilmuan yang ditekuni, serta perbedaan lingkungan sekitar yang dihadapi.
Oleh sebab itu, hasil pemikiran manusia selamanya serba relatif. Maka tidak boleh ada yang mengklaim dirinya paling benar dan orang lain salah, karena kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun