Mohon tunggu...
Adinda Apriliana
Adinda Apriliana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sila dibaca, semoga bermanfaat ya 🙌🏻☺️

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Konotasi Negatif dalam Idiom Tikus-tikus Kantor: Kajian Semantik

28 November 2020   18:21 Diperbarui: 28 November 2020   18:26 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa secara jelas telah menjadi salah satu alat penting dalam kehidupan manusia terkhusus dalam sebuah komunikasi, baik sebagai alat yang digunakan untuk mengekspresikan ide, gagasan maupun informasi kepada orang lain. Bahasa dapat diungkapkan dengan makna yang jelas maupun dalam bentuk kiasan.

Terdapat beberapa istilah dalam bahasa kiasan, seperti metafora, idiom, pepatah pribahasa, dan lain-lain. Istilah-istilah tersebut berisi gabungan morfem atau frasa yang telah diterima secara konvensional oleh masyarakat penggunanya dan memiliki makna kiasan sekaligus sebagai penanda khas suatu kelompok pengguna bahasa tersebut. Kridalaksana (2013, hlm. 50). 

Menurut Fowler (1986:19), bahasa adalah medium efisien dalam pengodean kategori- kategori sosial. Bahasa tidak hanya menyediakan kata-kata untuk konsep-konsep tertentu, bahasa juga mengkristalisasikan dan menstabilisasikan ide-ide itu.

Fowler menunjukkan bahwa struktur bahasa yang dipilih menciptakan sebuah jaring makna yang mendorong ke arah sebuah perspektif tertentu. Jaring makna itu merupakan sebuah ideologi atau teori dari penuturnya yang tentu saja bukan berupa kategori alamiah. Jaring makna lebih merupakan kategori kultural.

Menurut Hartman dan James _1998:28) yaitu bahwa konotasi adalah aspek dari kata atau frasa yangt diasosiasikan dengan nada tambahan yang bersifat emotif.

Menurut Crystal (2008:102), konotasi adalah asosiasi bersifat emosional, baik individu maupun komunal, yang disugestikan oleh sebuah, atau sebagian arti dari, unit linguistik. Konotasi berdasarkan Juhara, Budiman, & Rohayati (2005: 105) terbagi atas dua, yaitu konotasi bernilai positif dan konotasi bernilai negatif (Makyun Subuki,2011: 48-49)

Nama hewan yang telah mendapatkan konotasi negatif adalah tikus. Di Indonesia, hewan ini telah banyak dikaitkan pada tingkah jahat para politikus yang bekerja di dalam pemerintahan. Salah satu idiom yang digunakan untuk menggambarkannya yaitu "tikus negara' yang merujuk pada pekerja pemerintahan yang bekerja untuk mendapatkan keuntungan pribadi semata.

Tikus merupakah hama yang mendatangkan kerugian bagi para petani dan menyebabkan penyakit pada manusia pula (KBBI, 2008: 1462). Selain "tikus negara" terdapat pula idiom "tikus kantor" yang bermakna pencuri atau "tikus berdasi" yang menggambarkan para koruptor.

Korupsi merupakan suatu permasalahan yang kompleks di setiap negara khususnya Indonesia atau oeang-orang yang melakukan Korupsi atau biasa disebut Koruptur. Korupsi di negara kita sudah menjadi semacam perilaku yang sudah membudaya hingga dikatakan usang. Untuk itu dalam membicarakan permasalahan tentang korupsi banyak cara yang dilakukan, baik melalui individu maupun lembaga

Tikus juga tidak terlepas dari konotasi negatif pada idiom bahasa Inggris. Idiom seperti "smell a rat" yang merujuk pada kecurigaan akan penipuan atau kecurangan. Ini menandakan bahwa tikus bermakna kecurangan atau tindakan penipuan.

Tidak hanya idiom tersebut, terdapat pula idiom "rats abandon a sinking ship" yang merujuk pada orang-orang yang meninggalkan suatu perusahaan ketika perusahaan tersebut mulai terpuruk atau menuju kebangkrutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun