Mohon tunggu...
Ahaddin Arhamda Sibarani
Ahaddin Arhamda Sibarani Mohon Tunggu... Freelancer - Bantu Rakyat

Web : www.ahadd.in

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Catatan Ketua Umum PB PII 2004-2006

26 November 2014   00:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kita Semua Kalah Kawan...

Ya, tulisan ini di buat sang Mantan Ketua Umum Pengurus Besar PII Periode 2004-2006 beberapa waktu yang lalu. Melalui sebuah akun facebook beliau mengutarakan kegelisahan dan kegundahan terhadap sebuah Bangsa ini.

Kelihatannya saja orang sedang membahas sesuatu yang penting, padahal sedang membahas hal penting sambil menutup mata hal yang pokok dan prinsip. Seorang mentri dipertanyakan statusnya karena berijazah SMP. Tetapi orang pura-pura tidak melihat tentang seorang yang sukses, bekerja keras, bertarung menghadapi hidup, mau belajar dan cerdas meskipun sekolahnya tidak tuntas.

Lalu demi membela pilihan idolanya, orang jadi sewenang-wenang sampai melakukan kejahatan logika. Membandingkan photo Susi Mentri yang tidak berjilbab dan tidak korupsi dengan Atut Gubernur yang berjilbab dan ditangkap KPK. Apa orang itu tidak sadar kalau dia mungkin saja sedang mengolok-olok neneknya, Ibunya, adiknya, kakaknya, saudaranya, tetangganya atau orang-orang yang sedang berproses dengan pilihan busana yang dikenakannya?

Setelah itu orang seolah sedang memperhatikan detail padahal sesungguhnya sedang melupakan hal yang substansial. Pidato Presiden di forum internasional ramai dibicarakan. Mulai dari pilihan bahasanya, langgam bahasa yang digunakan sampai dengan cara berpidatonya.

Tidak ada masalah krusial ketika seorang Presiden berbicara Inggris dengan langgam Indonesia atau Jawa. Orang Malaysia dan India saja biasa melakukan itu. Bahkan orang Prancis saja tidak memakai bahasa Inggris di forum internasional. Presiden berbahasa negerinya sendiri?Presiden negeri manapun jangankan berbahasa nasional, bahkan bila dia berbahasa daerah di forum internasional orang akan faham karena pasti ada terjemahannya. Jangan samakan forum kepala negara dengan forum rt rw

Lalu karena kritik yang muncul tidak substansial respons yang muncul pun sama tidak substansialnya. Bangga ketika idolanya berpidato tanpa teks dalam bahasa asing. Setelah itu membabat habis semua kritik yang ada dengan cap sebagai sirik, iri, dengki, nyinyir dan tidak legowo. Meskipun kritik yang muncul adalah hal yang sangat substansial. Kritik yang menelaah secara kritis substansi pembicaraan Presiden dengan visi bangsa yang tercantum dalam Undang Undang Dasar negara.

Di sela-sela keramaian ini wartawan dan Pak Mentri pun ikut meramaikan suasana. Wartawan lebih menyibukan diri menyorotkan kamera ke aksi loncat pagar Pak Mentri dalam sidaknya. Lupa bahwa tugas utama wartawan itu bertanya sehingga tidak ada yang bertanya pada Pak Mentri akan arah kebijakan departemen yang dipimpinnya ke depan.

Sementara Mentri satu lagi ikut berucap akan tidak pentingnya status agama di KTP dengan lebih mengedepankan argumen tentang perlindungan hak-hak minoritas ketimbang argumen ketaatan terhadap konstitusi. Seolah di negeri ini hak-hak minoritas tidak pernah dipenuhi dan hak mayoritas semuanya sudah dipenuhi.

Kawan.. dalam kondisi ini maka tidak ada pemenang diantara kita. Karena pemenangnya bukan kita. Juga bukan pendukung Prabowo atau Jokowi yang kalah karena yang kalah itu semuanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun