Mohon tunggu...
R Adin Fadzkurrahman S.IP
R Adin Fadzkurrahman S.IP Mohon Tunggu... Ilmuwan - Kendal, Jawa Tengah

Seyogyanya saja

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mercon Bumbung Permainan Saat Ramadhan Yang Dirindukan

17 Mei 2018   22:41 Diperbarui: 17 Mei 2018   23:01 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marhabban ya Ramadhan, bulan suci yang dirindukan telah datang dan sebuah permainan yang hanya ada saat bulan ramadhan yang juga dirindukan bagi orang-orang jaman dahulu yang mungkin generasi saat ini tidak atau jarang sekali mengenal bahkan mendengar kata Mercon Bumbung yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah petasan bambu. Yang sekarang ini sudah mulai punah karena berganti dengan permainan-permainan yang lebih modern yang lebih digemari oleh generasi milenial.

Sebuah permainan petasan bambu atau meriam bamboo memang sudah mulai punah saat ini dan mungkin hanya tersisa diantara wilayah-wilayah yang belum terlalu terekspos oleh modernisasi. Sebuah permainan sederhana yang terbuat dari bambu dengan diameter cukup besar yang kemudian dilubangi kecil dibagian pangkal bawahnya sebagai lubang untuk memasukkan bahan bakar minyak tanah maupun karbit yang setelah itu ketika disulut menggunakan api akan menghasilkan suara dentuman yang cukup keras layaknya sebuah meriam modern. Entah sejak kapan permainan ini muncul dan menjadi bagian dari permainan yang saya anggap sebagai permainan jaman dahulu dan mulai punah seiring dengan perkembangan jaman.

Ada beberapa kenangan saya penulis mengenai meriam bambu ini meskipun dari segi umur bisa disebut sebagai generasi milenial, akan tetapi kehidupan masyarakat era 2000-2008 penulis masih menjumpai permainan ini. Adalah membawa kebahagiaan tersendiri dibulan ramadhan khususnya menjelang berbuka puasa maupun seusai shalat tarawih ataupun ketika sahur untuk membangunkan orang yang dimana suara dentumannya terdengar cukup jauh jaraknya sehingga seseorang akan terbangun manakala mendengarkan suara ini.

Mengingatnya membawa saya pada kerinduan masa kecil yang mendatangkan kebahagiaan pada bulan ramadhan bersama teman-teman sebaya, raut keceriaan terlukis jelas diingatan manakala suara meriam itu menghasilkan suara yang keras dan menimbulkan tawa bersama manakala suara yang dihasilkan sangat lirih jauh dari ekspektasi yang mereka bayangkan, akan tetapi intinya adalah bukan suara yang dihasilkan, namun adalah jalinan kebersamaan serta rasa persaudaraan yang erat dapat dijalin dengan sebuah kesederhanaan yang dimana berbanding terbalik dengan keadaan modern ini meskipun terkadang berkumpul bersama akan tetapi cenderung bersikap individualism dimana ketika bertemu masing-masing terlalu sibuk dengan kesibukan masing-masing khususnya dengan Gadgetnya, tentu mungkin ini juga dirasakan oleh pembaca di era modern ini, yang dimana kebersamaan adalah sebuah formalitas semu tanpa adanya keintiman yang nyata yakni tersekatnya sosialisasi antar individu oleh kepentingan masing-masing. 

Dan sangat disayangkan permainan ini sekarang sudah hampir punah dan hanya ada diantara acara besar saja khususnya menjelang puasa maupun saat idul adha saja akan tetapi tidak semua wilayah yang masih mempertahankan permainan ini sebagai  budaya yang dilakukan setiap tiba hari besar keagamaan, entah apa yang melatar belakangi hal ini disamping modernisasi, yang saya perhatikan adalah semakin modern manusia akan membentuk pemahaman yang dahulu biasa saja bahkan erat dengan kehidupan masyarakat menjadi sesuatu yang berbahaya, sesuatu yang mengganggu padahal dantaranya ada manfaat yang lebih yang tidak didapatkan di era yang serba canggih ini, ditambah dengan pergeseran kegunaan lahan yang terdesak akibat kebutuhan tempat tinggal khususnya lahan yang semakin langka, sehingga beberapa kebun bambu yang dulu ada kini berganti menjadi rumah-rumah modern. 

Yang akibatnya adalah semakin menipisnya keramaian dan kebersamaan kala bulan ramadhan tiba, jarang kita temui keceriaan diantara tanah lapang yang luas, disetiap gang-gang dan memunculkan kerinduan pada permainan Mercon Bumbung/ Meriam Bambu diwaktu menunggu waktu berbuka sebagai arena ngabuburit yang murah meriah dan menyenangkan.

Salam Kompasianer.

Kendal, 17-05-2018

R. Adin Fadzkurrahman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun