Mohon tunggu...
Adin Yanuar
Adin Yanuar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Angkringan, Kuliner Ekonomis dan Sarana Interaksi Sosial

17 Oktober 2018   00:03 Diperbarui: 17 Oktober 2018   00:33 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest.com/isoimamsantoso

Dari banyaknya kota di Indonesia, Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata  yang cukup populer karena banyaknya wisata yang ditawarkan, seperti keindahan alam, tempat bersejarah, wisata budaya, dan juga kuliner. Angkringan menjadi salah satu kuliner khas Yogyakarta yang cukup banyak diminati.

Angkringan merupakan pedagang kaki lima yang berjualan menggunakan gerobak dan ditutupi oleh sebuah tenda atau terpal, biasanya angkringan dapat dijumpai di persimpangan atau pinggiran jalan. Angkringan menyediakan berbagai makanan juga minuman, dan yang menjadikannya favorit adalah karena harganya yang murah.

Selain menjadi wisata kuliner, masyarakat menjadikan angkringan sebagai wadah untuk bertukar pikiran dan menyampaikan aspirasi, sehingga menimbulkan suatu fenomena Interaksi Sosial. Hal ini bisa terjadi karena antara individu tersebut timbul percakapan atau komunikasi yang merupakan salah satu syarat dari terjadinya Interaksi Sosial. 

Seperti yang dijelaskan menurut Soerjono Soekanto bahwa Interaksi Sosial bisa terjadi akibat adanya hubungan-hubungan antar individu, antar kelompok maupun yang terjadi antara individu dan kelompok. 

Memang pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial karena memiliki akal dan pikiran serta kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial (Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi).

Salah satu angkringan yang didirikan pertama kali di Jl. D.I Panjaitan, Mantrijeron, Yogyakarta adalah angkringan Pak Be milik bu Tutik. Angkringan ini didirikan di depan rumahnya sendiri selama kurang lebih 10 tahun. 

Tempatnya bersebelahan dengan jalan raya dan diapit oleh  galeri seni serta beberapa kantor. Angkringan tersebut menggunakan penerangan dari rumahnya sendiri. Kopi hitam merupakan minuman favorit disana karena mayoritas pembelinya adalah para pekerja kantoran atau mahasiswa pascasarjana ISI Yogyakarta yang ingin melepas penat. 

Selain kopi hitam, sego kucing dan gorengan juga menu andalan sehari-hari. Harganya yang ekonomis mulai dari Rp 500 hingga Rp 3000 yang sangat cocok dengan kantong mahasiswa. Jam operasionalnya mulai dari pukul 11.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB.

Angkringan pak Be milik bu Tutik - Foto: Awang K
Angkringan pak Be milik bu Tutik - Foto: Awang K
Alasan utama bu Tutik membuka angkringan ini adalah untuk mengurangi jumlah pengangguran diwilayah tersebut sebab beberapa makanan atau minuman di angkringan tersebut berasal dari titipan orang sehingga membuat roda perekonomian berjalan. Apalagi menurut bu Tutik usaha angkringan merupakan usaha yang cukup menguntungkan. 

Selain masyarakat dan pekerja kantor,  ketika galeri seni yang berada disamping selatan rumahnya mengadakan sebuah pameran, angkringan bu Tutik selalu ramai diserbu para pembeli.

Dengan ini angkringan mampu menciptakan interaksi sosial antar sesama pengunjung dan pedagang apalagi angkringan bu Tutik terletak di lokasi yang cukup strategis dimana bersebelahan dengan kantor dan galeri seni. Harganya yang ekonomis membuat angkringan cukup banyak diminati oleh masyarakat luas, artinya angkringan mampu mempresentasikan kuliner tradisional yang ikonik dengan segala bentuk kesederhanaanya. Selain itu angkringan memiliki peranan sebagai roda kegiatan ekonomi kelas menengah ke bawah sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun