Menuju peternakan lele modern, Aripriharta, Ph.D. (Dosen Teknik Elektro FT UM) dan tim pengabdiannya menerapkan teknologi pemantauan kualitas air untuk kolam lele. Teknologi tersebut diberi nama Smart Fish Pond (SFP) yang mampu memantau parameter kualitas air dan membentuk struktur koordinasi antar pengusaha ikan lele.Â
Program ini didanai oleh DPRM 2019. Tim pengabdian terdiri dari lintas disiplin ilmu, diantaranya Nandang Mufti, Ph.D. (FMIPA) dan Dr. Eng. Anik Nur Handayani (FTUM). Dalam melaksanakan program pengabdian masyarakat tersebut, tim dibantu oleh beberapa mahasiswa (Yoyok Sukrismon, Nur Hidayatullah dan Mery Nur Laily).
Program pengabdian masyarakat tersebut didasari oleh permintaan pasar akan kebutuhan lele yang semakin tinggi. Namun, saat ini para pengusaha lele di Kab. Malang menghadapi dua masalah utama, yaitu hasil panen yang sangat dipengaruhi oleh kualitas air, dan koordinasi antar pengusaha dalam satu komunitas usaha ikan lele yang masih belum terstruktur.
Selama ini, proses pemantauan kadar pH dan suhu air kolam masih bersifat manual, sehingga sering kali menyulitkan para pengusaha terutama untuk jumlah kolam yang cukup banyak. Â Para pengusaha membutuhkan teknologi untuk memantau kualitas air guna meningkatkan hasil panen.Â
Teknologi yang diterapakan oleh Aripriharta, Ph.D. dan tim penelitiannya mampu memantau kualitas air, diantaranya suhu, pH, kekeruhan dan kadar zat terlarut dalam air. Parameter kualitas air setiap kolam akan ditampilkan dalam satu aplikasi smartphone.
Aplikasi smartphone yang dikembangkan juga mendukung koordinasi antar pengusaha lele. Setiap stok lele pengusaha akan ditampilkan di aplikasi. Ketika seorang peternak kehabisan stok untuk memenuhi permintaan pasar, peternak tersebut dapat bekoordinasi dengan peternak lain yang memiliki banyak stok.
Pada hari Kamis, 19 September 2019, teknologi tersebut telah diterapkan di Kolam Lele Pak Tekad yang berada di desa Jedong, Kec. Wagir, Kab. Malang. Pak Tekad merupakan pengusaha lele yang sekaligus menjadi kepala desa Jedong. Beliau telah menjalankan usahanya lebih dari 5 tahun, kini beliau telah memiliki lebih dari 60 kolam lele.
Pak Tekad merasa sangat terbantu dengan hadirnya teknologi ini. "Saya berharap teknologi semacam ini juga dapat diterapkan di kota kota lain, tidak hanya untuk usaha ikan lele namun dalam berbagai bidang usaha lainnya," ujar Pak Tekad, Sabtu (21/9). Beliau terkadang memasang tulisan stok lele konsumsi habis di depan rumahnya ketika kehabisan stok.Â
Dengan hadirnya teknologi ini, Pak Tekad tidak perlu lagi memasang tulisan tersebut. Ketika stok lele konsumsi habis, beliau dapat bekoordinasi dan mengarahkan konsumen ke pengusaha lele lain yang memiliki banyak stok.