17:45
Suasana semakin kacau, samar-samar bunyi peluit itu menjadi jelas. Kanaya berteriak ketakutan.
Semakin dekat, terlihat sosok Fred yang telah dibonceng dengan motor hitam.
"Agh, kenapa harus memakai peluit? Itu menambah kegelisahan Kanaya tahu," sungutku.
"Tapi justru dengan teriakan Kanaya, kami bisa menemukan keberadaanmu saat ini," katanya bangga.
Tak disangka, Fred sangat cekatan dalam mengurus Kevin. Karena ketakutan Kevin yang bertambah bisa menyebabkan resiko besar, Fred mengeluarkan inhaler dari kotak p3k. Membimbing Prita untuk membawa Kevin ke tempat yang jauh dari pepohonan. Setelah dirasa mendapatkan tempat terbuka, Fred segera beranjak mencari tepus jahe. Salah satu jenis jahe yang biasa berkeliaran di hutan.
Aku tak tinggal diam, segera menyarankan sang penjaga untuk membawa Kanaya. Tapi, Anggi dengan kakinya yang masih terkilir menolak. Kenapa tidak Kevin yang lebih dulu?
"Obat terbaik untuk anak itu adalah bersama ibunya," jawabku mantap. Anggi mengangguk paham, dan aku memintanya untuk tak bergerak terlalu banyak.
Selesai mengurus Kanaya, mataku menyorot Her. Menyuruhnya untuk tenang dan berhenti memperbaiki kerusakan dalam minibus. Awalnya Her menolak, tapi setelah mendengar ideku akhirnya Her menurut.
Aku mengambil ponsel Lukman yang ditinggalkan oleh Kanaya, karena itu adalah satu-satunya ponsel dengan baterai yang cukup. Lantas, aku segera berlari menuju tempat Fred sambil membawa ponsel tersebut.
17:50