Mohon tunggu...
Adi Kurniawan
Adi Kurniawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kurikulum Nasional: Potensi Membangun Peradaban

18 Mei 2017   00:09 Diperbarui: 18 Mei 2017   00:50 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan, oleh karena itu kurikulum menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi standar kualitas pendidikan di Indonesia. Negara ini sendiri memberlakukan penerapan dua jenis kurikulum, yaitu kurikulum inti atau kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal.

Kurikulum yang diterapkan di seluruh wilayah pendidikan Indonesia atau sama dengan setingkat nasional adalah kurikulum inti atau dapat juga disebut sebagai kurikulum nasional. Contoh penerapan kurikulum inti atau kurikulum nasional adalah adanya pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di semua sekolah di Indonesia. Sementara kurikulum muatan lokal adalah kurikulum yang berisi muatan-muatan lokal, yang disusuh oleh daerah-derah dan diterapkan pada tiap tingkat daerah yang menyusunnya, seperti contohnya pembelajaran Bahasa Sunda di Jawa Barat.

Kembali pada fungsi awal kurikulum, yaitu sebagai sebuah perangkat dalam pendidikan yang menjadi salah satu faktor penentu standar kualitas pendidikan, kurikulum dalam pembuatannya haruslah sesuai dengan fungsi yang telah disepakati. Adanya pemutakhiran kurikulum merupakan bentuk realisasi fungsi dari kurikulum itu sendiri, seperti Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas atau Kurtilas yang kemudian diperbaiki menjadi “Kurtilas Edisi Revisi”.

Indonesia saat ini sedang merencanakan Kurtilas Edisi Revisi sebagai kurikulum nasional yang akan diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia. Adanya perevisian terhadap Kurtilas sebaiknya tidak disimpulkan sebagai suatu kesalahan, namun hal tersebut merupakan bentuk upaya peningkatan mutu pendidikan Indonesia dengan menyempurnakan segala kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Hal terpenting yang perlu diketahui adalah bahwa perbaikan kurikulum bukan satu-satunya cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, namun adanya pemutakhiran kurikulum hanyalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Kurikulum yang sudah ada akan terus direvisi untuk terus membantu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun demikian, para penggerak pendidikan seperti guru, dosen dan yang lainnya, sangat ada baiknya untuk tidak hanya bergantung pada kurikulum sebagai perangkat untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun juga harus mengeksplorasi segala potensi yang ada pada diri pelajar untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Selain mengasah kemampuan belajar, akan lebih baik jika pemutakhiran kurikulum diimplikasikan dengan proses pembentukan akhlak. Memahami perkataan dari Buya Hamka, Pendidikan adalah pembentukan akhlak yang menjadi kebutuhan bangsa hari ini”, kalimat tersebut dapat dijadikan acuan fungsi dalam pembuatan kurikulum di Indonesia. Bahwa dalam proses pembelajaran demi meningkatkan kualitan pendidikan, pembelajaran akhlak juga perlu diterapkan karena akhlak yang baik adalah yang dibutuhkan oleh bangsa saat ini.

Selama ini kurikulum pendidikan di Indonesia terkesan teknis-administratif, berjalan dengan teknis yang bersifat administratif, dan berorientasi pada pekerjaan. Poin-poin dalam kurikulum dibuat untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja, dan belum terlihat dampaknya pada kehidupan jangka panjang. Kurikulum belum disiapkan untuk membangun peradaban, namun hanya disiapkan untuk mempertahankan beradaban yang ada. Padahal untuk membangun dunia yang lebih baik perlu adanya pembangunan peradaban sehingga pertumbuhan tidak statis.

Sebagai haluan pada proses pembelajaran dalam pendidikan, kurikulum memiliki potensi untuk membentuk karakter anak bangsa. Potensi tersebut haruslah dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dampak pemutakhiran kurikulum jangan hanya diorientasikan pada pekerjaan, namun yang tidak kalah penting adalah dampak dalam jangka waktu panjang. Sehingga nantinya anak-anak bangsa tidak hanya terampil dalam memenuhi kebutuhan pangsa kerja, tetapi juga mampu membangun peradaban demi Indonesia yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun