Mohon tunggu...
Adiguna Hutama
Adiguna Hutama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Publication

Final Year Business Administration Students at University of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cryptocurrency, Untung atau Buntung? Pendekatan Analisis Teknikal

24 Juni 2021   18:04 Diperbarui: 24 Juni 2021   18:09 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Cryptocurrency saat ini menjadi sebuah fenomena di tengah masyarakat. Terdapat banyak sekali kejadian yang dibahas di social media sehingga timbul pandangan bahwa investasi di Cryptocurrency merupakan investasi yang dapat membantu masyarakat memperoleh kekayaan secara cepat. Pertanyaannya apakah anggapan tersebut dapat dikatakan tepat?

Cryptocurrency sebagai sebuah instrumen investasi yang tergolong memiliki resiko yang sangat tinggi. Dalam dunia investasi, risiko tinggi tentu diiringi dengan peluang untuk memperoleh profit yang tinggi juga. Cryptocurrency merupakan aset digital yang dirancang sebagai alat pertukaran menggunakan kriptografi, dimana untuk menjamin keamanan transaksinya dan mencegah terjadinya pemalsuan pada aset digital tersebut. Terdapat beberapa aset cryptocurrency yang berada di pasar. Contohnya, Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Binance (BNB), Dogecoin (DOGE), dan beberapa aset lainnya. Sebagai sebuah instrumen investasi, banyak yang menganggap Cryptocurrency ini tidak mempunyai fundamental dan hanya bisa di analisa secara teknikal. Apakah benar demikian?

Cryptocurrency memiliki faktor fundamental sebagai dasar untuk analisa, seperti supply dan demand aset, tata kelola sistem, dan beberapa faktor fundamental lainnya. Selain secara fundamental, aset ini juga dapat di analisa melalui analisis teknikal. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai analisis aset Cryptocurrency, kita tentu perlu melihat beberapa fenomena sebagai acuan kita dalam menganalisa. Pada awal tahun 2021, Cryptocurrency menjadi salah satu topik terhangat di dunia investasi. Masyarakat secara khusus di Indonesia banyak yang beralih untuk investasi di Cryptocurrency. Fenomena ini secara khusus terjadi juga akibat dari kondisi pasar saham di Indonesia cenderung sedang melemah sehingga investor di Indonesia memilih untuk investasi di instrumen lain salah satunya yaitu Cryptocurrency.

Berita mengenai Cryptocurrency saat ini sudah menghiasi berbagai media. Salah satu yang paling hangat yaitu pada bulan Mei 2021, muncul pemberitaan mengenai Cryptocurrency yang dilarang oleh Pemerintah China sebagai alat pembayaran. Selain itu, terdapat juga kicauan di twitter oleh Elon Musk mengenai Bitcoin sebagai Cryptocurrency yang tidak ramah lingkungan dikarenakan proses penambangannya dapat menyamai konsumsi listrik 1 negara. Alhasil semenjak kicauan di twitter tersebut, Elon Musk melarang transaksi menggunakan Bitcoin pada Tesla. Semenjak berita tersebut, harga aset Cryptocurrency secara menyeluruh mengalami penurunan drastis hingga melebihi 50%. Kondisi tersebut tentu menimbulkan situasi panik di antara investor Cryptocurrency. Karena sepanjang tahun 2021, Cryptocurrency mengalami kenaikan harga secara signifikan dan bahkan terdapat beberapa aset yang mencapai harga tertingginya semenjak aset tersebut listing. Pertanyaan terbesar lalu muncul, mengapa fenomena ini dapat terjadi?

Fenomena yang terjadi belakangan ini di dunia Cryptocurrency menimbulkan beberapa pertanyaan di kalangan investor. Jika melihat pemberitaan dan pengaruhnya yang timbul, banyak yang beranggapan bahwa Cryptocurrency ini sebagai aset yang "emosional". Orang beranggapan demikian karena dibalik performa fantastis aset Cryptocurrency, terdapat banyak hal yang melatarbelakangi kenaikan harga aset tersebut. Sebagian ada yang dipengaruhi oleh fundamental, namun yang berpengaruh secara masif salah satunya yaitu melalui Twitter. Muncul istilah bahwa Cryptocurrency dan Twitter itu selalu berjalan beriringan. Twitter disini dapat mempengaruhi kondisi emosional investor, salah satu yang paling di highlight yaitu tweet Elon Musk mengenai Doge Coin, tweet Changpeng Zhao mengenai Binance, dan tweet lainnya. Tweet dari influencer disini secara tidak langsung mengendalikan kondisi psikologis pasar yang cenderung mudah terpengaruh. Maka dari itu, sebagai investor di Cryptocurrency kita dapat melihat ini sebagai peluang untuk memperoleh profit. Namun, sebagai investor yang bijak kita juga perlu mempunyai pemahaman analisis teknikal. Teknik analisa ini sering dipakai oleh investor di Cryptocurrency dan terbukti sukses dapat mendatangkan profit bagi investor tersebut. Teknik analisis apa saja yang biasa dipakai oleh investor Cryptocurrency?

Analisis teknikal tentu sudah menjadi andalan bagi para investor dalam membaca pergerakan pasar, terdapat beberapa indikator yang sering digunakan oleh investor Cryptocurrency. Pertama, Investor sering menggunakan indikator Relative Strength Index (RSI). Indikator ini untuk menunjukan apakah suatu aset sudah memasuki fase Overbought ataupun Oversell. Penggunaan indikator ini bisa disesuaikan berdasarkan data historis baik dalam satuan menit, jam, maupun hari. Jika RSI ingin dijabarkan secara sederhana, apabila nilai RSI nya sudah diatas 70, maka aset tersebut dikategorikan Overbought sedangkan jika dibawah 30, maka aset tersebut tergolong sudah oversold. Berdasarkan indikator tersebut, layaknya supply & demand, jika sudah terlalu banyak dibeli, maka harga cenderung akan mengalami penurunan. Sedangkan jika sudah terlalu banyak dijual, maka harga cenderung akan mengalami kenaikan. Segala pergerakan harga berdasarkan indikator tersebut merupakan asumsi yang dapat terjadi dalam waktu dekat ataupun di waktu yang akan datang. Kedua, indikator yang biasa digunakan yaitu Bollinger Bands (BB). Indikator ini untuk menilai kondisi volatilitas pasar beserta Overbought maupun Oversold suatu aset. Jika dijabarkan secara sederhana, indikator BB ini memiliki 3 garis band, jika grafik harga sudah melewati bands atas, maka aset tersebut sudah tergolong Overbought, sedangkan jika sudah melewati bands bawah, maka aset tersebut tergolong Oversold. Selain itu, jika jarak antar Bands baik atas maupun bawah ini memiliki jarak yang berjauhan maka kondisi volatilitas pasar sedang tinggi begitupun sebaliknya. Terakhir, indikatornya yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD). Indikator ini untuk menetapkan momentum aset Cryptocurrency. Indikator ini terdiri dari garis MACD (biru) dan garis signal (merah). Jika garis MACD melintas dan memotong diatas garis signal maka hal tersebut menjadi indikasi bagi investor untuk beli karena harga cenderung akan mengalami kenaikan dan begitu sebaliknya. Catatan penting bagi investor yang menggunakan analisis teknikal, jangan pernah hanya mengacu pada satu indikator saja. Karena beberapa indikator yang digunakan secara bersamaan tentu akan membantu investor dalam melakukan pemetaan harga aset Cryptocurrency.

Cryptocurrency sebagai instrument investasi tentu dikenal sebagai instrumen yang memiliki resiko yang tinggi dan profit yang tinggi. Dengan resiko yang ada, seorang investor Cryptocurrency tentu perlu bertindak bijak dalam melakukan investasi. Prioritaskan penggunaan uang yang "dingin" dikarenakan volatilitas instrumen ini sangat tinggi dan dapat berpengaruh secara masif bagi kondisi psikologis investor apabila uang yang diinvestasikan tergolong uang "panas". Selalu ikuti perkembangan yang ada di media dan tentunya sebelum investasi, selalu pertimbangkan faktor fundamental maupun teknikal pada aset Cryptocurrency yang ingin diinvestasikan agar kita dapat menghasilkan keputusan yang bijak dan dapat memperoleh profit yang maksimal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun