Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Susahnya Membujuk Orangtua Berobat ke Rumah Sakit

10 November 2016   08:20 Diperbarui: 10 November 2016   14:27 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 8 November 2016, kakek saya dari pihak ibu harus menjalani pemeriksaan di sebuah rumah sakit swasta di Bekasi. Sudah dua minggu kakinya terluka. Biarpun sudah diberi “obat”, alih-alih menjadi sembuh, luka itu malah bertambah parah. Luka itu melebar dan menyebar di kaki kirinya. Dari yang tadinya hanya ada satu luka, kini luka itu bertambah menjadi tiga.

Selain itu, kakinya pun mulai mengeluarkan nanah, dan hal itu tentunya membuat keluarga kami khawatir. Akhirnya, daripada terjadi kenapa-kenapa, kami memutuskan membawanya ke rumah sakit.

Namun, usaha meyakinkan kakek untuk pergi ke rumah sakit bukanlah sesuatu yang mudah. Setiap kali akan dibawa ke rumah sakit, ia selalu menolak. Dengan berbagai alasan, ia menyampaikan keberatannya dibawa ke rumah sakit. “Paling-paling lukanya juga akan sembuh dengan sendirinya,” katanya. “Enggak kenapa-kenapa kok; kan udah dikasih obat,” lanjutnya.

Obat” yang dimaksud tentunya bukan obat yang biasa dijual di apotek resmi atau rumah sakit. Namun, berupa obat tradisonal, yang konon kabarnya dapat menyembuhkan lukanya. Kakek saya memang lebih memercayai obat tradisional daripada bikinan pabrik. Ia beralasan bahwa obat itu “cespleng” dalam menyelesaikan rasa sakitnya.

Padahal, obat itu belum tentu aman dikonsumsi lantaran kita tak mengetahui kandungan di dalamnya. Jadi, kalau ia asal minum obat, bisa-bisa akan timbul efek samping, yang bisa memperburuk kondisi kesehatannya.

Biarpun demikian, menurut hemat saya, pasti ada alasan lainnya, sehingga kakek saya tetap enggan pergi berobat ke rumah sakit. Setelah saya mengobol santai dengannya, barulah saya mengetahui kalau sebetulnya di dalam hatinya, ia menyimpan sebuah ketakutan.

Ia rupanya mencemaskan kalau di rumah sakit, lukanya itu akan dibedah. Ia takut membayangkan betapa sakitnya kalau kakinya disayat dengan pisau bedah. Oleh sebab itu, ia tetap bersikukuh menolak dibawa ke rumah sakit.

Perasaan itu tentunya wajar dialami oleh setiap orang yang akan dibawa berobat ke rumah sakit, terutama untuk orang yang sudah lanjut usia seperti kakek saya. Bayangan suasana rumah sakit yang muram, pisau bedah, dan kamar rawat inap yang membosankan tentu membikin seseorang khawatir kalau sampai harus berobat ke rumah sakit. Semuanya itu tentunya membikin hati seseorang gentar kalau harus periksa ke rumah sakit.

Selain itu, pikiran bahwa penyakit lain bakal terungkap lewat pemeriksaan juga menjadi beban tersendiri. Barangkali saja, orang yang akan dibawa ke rumah sakit akan berpikiran, “Jangan-jangan penyakitku bukan cuma ini, tapi ada penyakit lainnya yang jauh lebih berbahaya?”

Hal itu bisa saja menjadi hati tambah minder kalau harus menjalani pemeriksaan di rumah sakit. Siapa yang tak akan kecut hatinya kalau setelah diperiksa, ternyata yang sakit bukan hanya kakinya, tetapi ada juga penyakit lainnya, seperti jantung atau diabetes, yang selama ini tak disadari keberadaannya?

Namun demikian, keluarga tetap serba salah sebab kalau tak dibawa ke rumah sakit, penyakit tersebut bisa bertambah parah. Kalau sudah seperti itu, jangankan kesehatan, keselamatan jiwa pun bisa terancam. Oleh sebab itu, kalau sudah terindikasi terkena penyakit parah, penanganan yang tepat dan cepat dapat menjadi penentu keselamatan seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun