Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

"Epic Comeback" Ronaldo Menurut Rasio PEG

13 September 2021   07:00 Diperbarui: 13 September 2021   17:26 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerang Man United, Cristiano Ronaldo, saat berlaga melawan Newcastle dalam laga Liga Inggris 2021-2022 di Stadion Old Trafford, Sabtu 11 September 2021.| Sumber: OLI SCARFF/AFP via Kompas.com

PER adalah rasio yang membandingkan antara harga saham dan nilai laba per saham (Earning Per Share), sementara CAGR mengukur persentase pertumbuhan laba yang berhasil dicetak dalam rentang tahun tertentu.

Penjelasannya bisa disampaikan lewat perumpamaan berikut. Katakanlah ada dua pemain sepak bola bernama Roni dan Naldo. Keduanya sama-sama berposisi sebagai striker. 

Meski begitu, dalam lima tahun berkarier, mereka mempunyai statistik gol yang berbeda. Per musimnya, Roni hanya mampu mengemas rata-rata 10 gol, sementara Naldo rata-rata 20 gol.

Jika keduanya sama-sama dihargai katakanlah 1 miliar, kira-kira siapakah yang bakal direkrut oleh klub elit? 

Sangat mungkin Naldolah yang terpilih, mengingat pertumbuhan gol yang bisa dicetaknya terbilang lebih tinggi dibandingkan Roni. Alhasil, investasi yang dikeluarkan untuk menghadirkan Naldo jelas bakal cepat balik modal, sehingga harga investasi tadi terkesan murah!

Demikian pula yang terjadi di pasar saham. Ada saham-saham tertentu yang mempunyai pertumbuhan jumlah "gol" (laba) yang bagus, ada pula yang tidak. 

Perusahaan-perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba yang baguslah yang sebaiknya dibeli sahamnya. Perusahaan demikian bisa menjadi "mesin pencetak uang", yang mampu menyejahterakan investornya dalam jangka panjang.

Hanya saja, harga saham tersebut umumnya sudah mahal. Jarang atau bahkan tidak ada perusahaan bagus yang dijual dengan valuasi yang murah. Walau begitu bukan berarti tidak ada cara yang bisa dipakai untuk mengukur kualitas perusahaan tersebut, sekaligus menemukan sebuah "celah" untuk mengetahui valuasi sesungguhnya dari saham tadi.

Salah satunya, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ialah dengan menggunakan rasio PEG. Sebagai contoh, mari kita tengok beberapa emiten yang harganya terkesan mahal, padahalnya sebetulnya tidak demikian. Sebut saja saham ARNA.

ARNA adalah sebuah produsen keramik. Sejumlah produknya yang terkenal adalah keramik merek Arwana dan Uno.

Jika dilihat dari laporan keuangannya, saham ini mempunyai fundamental yang baik. Utangnya rendah, labanya bertumbuh, dan arus kasnya positif. Maka, jangan heran, kalau valuasinya terbilang cukup mahal. Saat tulisan ini dibuat, Price to Earning Ratio (PER) dari ARNA adalah 13 kali, sementara Price to Book (PBV)-nya 4,3 kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun