Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

"Modal" dalam Berinvestasi Saham Bukan Cuma Uang?

15 Oktober 2020   07:03 Diperbarui: 15 Oktober 2020   19:31 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang/ sumber: cityscope.hk/cnbcindonesia

Apa yang terlintas di pikiran Anda sewaktu mendengar kata "modal" dalam investasi saham? Mungkin sebagian bakal langsung terpikir soal uang. Hal itu memang tidak keliru, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. 

Adalah betul, bahwa dalam berinvestasi saham, kita membutuhkan modal berupa uang. Uang inilah yang kemudian akan dipakai untuk membeli lembaran saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Tanpa uang yang cukup, jangan harap kita bisa memiliki saham yang diinginkan. 

Namun demikian, jika dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, maka uang sebetulnya bukanlah satu-satunya modal yang wajib dimiliki seseorang agar sukses berinvestasi saham. Ada modal lain, yang kadang luput dari perhatian, tetapi mempunyai peran yang begitu besar dalam menentukan keberhasilan sebuah investasi. 

Modal yang dimaksud adalah pengetahuan dan keberanian. 

Dalam diri banyak orang, kedua modal ini kadang bisa saling selaras, kadang bisa pula saling bertentangan satu sama lain. Ada orang yang mempunyai pengetahuan yang mumpuni soal pasar modal. Orang tersebut hafal betul teori-teori seputar investasi yang terkesan "jelimet", sehingga mampu menjawab pertanyaan apapun dengan penuh percaya diri. 

Pengetahuan/ sumber: brandequity.economictimes.indiatimes.com
Pengetahuan/ sumber: brandequity.economictimes.indiatimes.com
Namun demikian, jika diminta menerapkan ilmunya secara langsung dengan membeli saham, maka yang bersangkutan belum tentu berani. Ada berbagai alasan yang menyebabkannya takut berinvestasi saham, meskipun sudah memiliki banyak ilmu. 

Sebaliknya, ada juga orang yang begitu berani berinvestasi saham tanpa didasari oleh pengetahuan yang baik. Bagi orang tersebut, yang penting adalah "take action". Percuma punya banyak teori, tetapi tidak dilaksanakan. Sungguh mubazir! 

Hal itu memang tidak salah. Kalau terus-menerus takut, kapan seseorang akan mulai menjajal investasi saham? Namun, tetap saja ada risiko besar yang mesti ditanggung kalau orang tadi asal berinvestasi saham hanya dengan bermodalkan rasa nekad semata. 

Contohnya ada banyak. Ingat kasus Jiwasraya yang sempat bikin heboh pada tahun kemarin? Begitu kasus tadi terbongkar, manajemennya diketahui begitu berani menggunakan uang perusahaan untuk membeli "saham-saham gorengan" dengan harapan bisa meraup untung besar dalam waktu yang singkat. 

Namun, seiring berjalannya waktu, alih-alih terwujud, haparan tersebut malah terus tergerus, seperti halnya harga saham yang dibelinya. Akibatnya tentu bisa ditebak. Jiwasraya menderita kerugian hingga triliunan rupiah!

Berani/ sumber: medium.com/swlh
Berani/ sumber: medium.com/swlh
"Tragedi" demikian sebetulnya bisa dihindari kalau manajemen Jiwasraya mempunyai pengetahuan yang benar dalam berinvestasi saham. Sejak awal manajemennya memang kurang cakap dalam mengelola portofolio. 

Sudah tahu "saham-saham gorengan" punya kolesterol yang tinggi (fluktuatif), tetapi mengapa masih dibeli dalam jumlah besar? Kecerobohan inilah yang akhirnya merugikan banyak pihak, dari nasabah, investor, hingga pemerintah.      

Berinvestasi pada Pengetahuan Terlebih Dulu

Agar terhindar dari kecerobohan tersebut, sebelum berinvestasi saham, sebaiknya kita berinvestasi pada pengetahuan terlebih dulu. Hal itulah yang dulu saya lakukan pada awal terjun ke pasar saham. Karena latar pendidikan saya bukan jurusan ekonomi, maka saya merasa perlu banyak belajar. 

Supaya lebih pintar berinvestasi saham, saya pun mengalokasikan sebagian dana saya untuk membeli buku-buku investasi. Saya biasanya membeli buku-buku elektronik (ebook) yang dijual di ecommerce dengan harga yang murah meriah. Alhasil, hanya dengan uang 100 ribu rupiah saja, saya bisa "meraup" beberapa buku investasi yang bagus. 

Meskipun harganya di bawah rata-rata, namun ilmu yang terdapat di dalamnya ternyata bernilai jutaan rupiah! Sebab, dari strategi investasi yang tertulis di buku tadi, saya bisa mengembangkan portofolio hingga tripel digit!

Investasi lain yang juga saya lakukan adalah menghadiri seminar-seminar investasi. Saya umumnya tertarik mengikuti seminar gratisan, yang mendatangkan pembicara yang kompeten di bidangnya, seperti Pak Lo Kheng Hong, Lukas Setia Atmaja, dan Ellen May. 

Alasannya sederhana saja. Kalau ada seminar bagus yang bebas biaya, mengapa saya mesti ikut seminar lain yang harganya mahal dan pembicaranya belum begitu dikenal? 

Lagipula, jika saya ikut seminar tadi, maka tidak ada "embel-embel" di belakangnya, seperti tawaran untuk join di grup berbayar atau beli program trading yang katanya tokcer. Biasanya, seminar yang diselenggarakan secara cuma-cuma hanya dimaksudkan untuk memberi edukasi, bukan menjual produk yang mahal demikian.

Investasi lain yang murah-meriah, tapi bisa berdampak besar bagi pertumbuhan portofolio ialah nonton youtube. Di youtube tersedia banyak sekali informasi, mulai dari berita emiten, paparan public expose, analisis saham, hingga tips-tips investasi. Simaklah semua informasi tadi sebanyak mungkin sebelum membeli saham. Dengan mengetahui banyak hal, kita bakal semakin meyakini keputusan investasi yang diambil.

Berani Memulai Investasi Saham

Setelah mempunyai cukup wawasan seputar investasi saham, barulah kita mulai membeli saham, yang sudah dipelajari sebelumnya. Hal ini jelas membutuhkan keberanian. 

Sebab, terkadang muncul berbagai pikiran yang membikin kita gentar bertransaksi saham: "Bagaimana nanti kalau saya rugi besar dari pasar saham? Apakah saham yang saya pilih adalah saham yang tepat? Jangan-jangan saya membeli saham yang harganya sudah kemahalan! Harganya kok berubah-ubah begitu!"

Untuk menghilangkan pikiran tersebut, saran saya, mulailah dengan modal yang kecil. Kalau Anda termasuk orang yang gampang gugup, sebaiknya Anda membeli saham dengan nominal beberapa ratus ribu saja terlebih dulu. 

Alasannya sederhana. Jika saham yang dibeli ternyata menghasilkan keuntungan, maka nikmati dan syukurilah. Sebaliknya, apabila investasi yang dilakukan ternyata sampai minus, maka kerugian yang diderita pun tidak akan terlalu besar dan bisa dianggap sebagai ongkos sekolah.

Seiring berjalannya waktu, keberanian kita dalam berinvestasi saham pun bakal bertambah. Pada saat itulah, kita bisa meningkatkan modal sedikit demi sedikit. Alhasil, jika sudah mempunyai keberanian demikian, maka jangankan jutaan, modal investasi senilai miliyaran pun bukan jadi soal!

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun