Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Seperti Bisnis, Juventus Perlu "Mendiversifikasi" Ronaldo?

19 Februari 2020   09:01 Diperbarui: 19 Februari 2020   16:04 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cristiano Ronaldo (sumber: https://www.goal.com/en-us/news/ronaldo-rested-for-juventus-brescia-serie-a-clash/hwbkel8vei713mkmqn8ga1ys)

Oleh karena menjajal beragam lini bisnis, Astra pun mengalami transformasi dari perusahaan otomotif menjadi perusahaan holding. Hal ini tentu mempunyai plus-minus.

Plusnya, Astra menjadi perusahaan besar yang susah roboh. Alasannya? Karena ia didukung oleh beragam lini usaha.

Jadi, saat satu lini usaha yang dimilikinya sedang kolaps, masih ada lini usaha lain yang mampu menggantikan kerugian yang ditimbulkannya. Dengan demikian, dalam situasi yang terburuk sekali pun, perusahaan berkapitalisasi sebesar 300-an tririun rupiah ini mampu bertahan.

Minusnya, harga saham Astra cenderung berjalan di tempat. Perhatikanlah pergerakan saham Astra selama 5 tahun terakhir. Harganya hanya bergerak dalam rentang 5700-8400. Tidak banyak berubah kan?

Hal ini terjadi lantaran laba yang dicetak Astra susah bertumbuh, karena ketika ada anak usahanya yang mencetak untung besar, keuntungan tadi tergerus oleh kerugian yang dialami anak usaha lain.

Prinsip diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen Astra bisa juga dipakai untuk meminimalkan risiko investasi. Mekanismenya sama. Investor menyebarkan dananya ke berbagai instrumen yang berbeda.

Semua disesuaikan dengan profil risiko investor masing-masing. Investor yang profil risikonya konservatif, misalnya, bisa menempatkan 80% dananya di instrumen investasi yang relatif aman, seperti deposito, obligasi pemerintah, emas, tanah, dan reksadana pasar uang. Sisa uangnya baru dipakai untuk berinvestasi di instrumen yang lebih berisiko, seperti saham atau reksadana saham.

Kemudian, investor yang profil risikonya moderat bisa membagi modalnya 50-50 ke instrumen yang aman dan instrumen yang berisiko. Porsinya bisa disesuaikan dengan kecocokan dan kenyamanan investor yang bersangkutan.

Sementara, investor yang profil risikonya agresif bisa mengalokasikan mayoritas uangnya ke saham. Hanya ingat, jangan menaruh semua dana tadi di satu saham saja. Investor perlu menyebar di beberapa saham bluechip dan second liner.

Sebagaimana disebutkan di atas, diversifikasi sejatinya dilakukan untuk membangun jaring pengaman. Apapun bentuknya, apakah itu sebuah klub sepakbola ataukah sebuah perusahaan multinasional, diversifikasi patut diterapkan untuk menghindari ketergantungan pada suatu sektor.

Lebih jauh, hal ini membikin semua lini menjadi lebih merata. Kalau semuanya berimbang tentu akan baik dampaknya. Sebab, apapun situasi yang terjadi, risiko yang muncul bisa terkendali dan teratasi dengan baik.

Salam

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun