Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Di Balik Ungkapan "Menangkap Pisau Jatuh"

14 Februari 2020   09:01 Diperbarui: 14 Februari 2020   14:03 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pisau (sumber: piqsels)

Di bursa saham ada sejumlah ungkapan yang menarik dibahas. Salah satunya ialah "menangkap pisau jatuh". Ungkapan ini biasanya dipakai untuk menggambarkan pembelian saham ketika harganya sedang "longsor".

Investor yang melakukan pembelian seperti ini umumnya punya "nyali" yang besar. Betapa tidak, saat orang lain beramai-ramai melepas sebuah saham, ia justru aktif menyeroknya!

Strategi pembelian semacam ini dikenal sebagai "strategi kontrarian". Ada sejumlah investor yang pernah menerapkannya, dan sukses meraup untung berlipat ganda ketika harga saham yang dibelinya rebound.

Sebut saja investor kawakan Indonesia, Lo Kheng Hong. Sebagaimana diceritakan oleh Lukas Setia Atmaja, beberapa tahun lalu, ia diketahui mengakumulai saham Indika Energy (INDY) saat saham itu "terjun bebas" ke angka Rp 110/ lembar.

Penurunan harga besar-besaran ini terjadi bukan tanpa sebab. Pada tahun 2015, sektor batubara memang sedang dihantam krisis dahsyat, lantaran harga batubara yang terus-menurus ambrol dalam beberapa tahun sebelumnya.

Hal ini jelas berimbas pada harga saham perusahaan tambang batubara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Alhasil, mayoritas harga saham di sektor tambang batubara banyak yang berguguran.

Lo Kheng Hong melihat hal ini sebagai sebuah kesempatan. Ia mempunyai keyakinan bahwa penurunan tersebut bersifat sementara.

Sesuai dengan sifat dari sebuah komoditas, suatu saat harga batubara besar kemungkinan akan "mantul". Maka, saat saham INDY terkapar di harga terendahnya, Lo Kheng Hong pun memborongnya.

Beberapa bulan kemudian, perkiraan Lo Kheng Hong ternyata tepat. Harga batubara pelan-pelan pulih, dan saham INDY yang dikoleksinya pun ikut terangkat harganya.

Ketika saham INDY menyentuh angka 600-an, barulah Lo Kheng Hong melepas semua sahamnya. Alhasil, hanya dalam waktu relatif singkat ia berhasil meraup untung beberapa kali lipat!

Biarpun menawarkan imbal hasil yang besar bukan berarti strategi ini minim risiko. Ingat di bursa saham, terdapat ungkapan "high risk, high gain".

Risiko dan hasil investasi biasanya sebanding, sehingga semakin besar risikonya, semakin banyak pula hasilnya, demikian sebaliknya.

Maka, apabila dihadapkan pada situasi demikian, belum tentu, saya berani membeli saham INDY. Apalagi dari laporan keuangannya pada tahun 2016, perusahaan ini diketahui punya utang yang besar, dan merugi akibat jatuhnya harga batubara.

Walaupun mempunyai aset yang besar, perusahaan ini dikhawatirkan akan mengalami kebangkrutan. Kalau hal itu sampai terjadi, modal saya bisa menguap begitu saja!

Meskipun punya tingkat risiko yang tinggi, bukan berarti tidak ada cara yang lebih aman dalam menerapkan strategi ini. Agar investasi yang dilakukan bisa membuahkan hasil yang maksimal, investor yang menggunakan strategi ini wajib melakukan analisis fundamental yang cermat dan dalam.

Hal ini dilakukan untuk menyingkap potensi rahasia di balik saham tersebut. Bisa saja, di balik buruknya kinerja suatu perusahaan, masih ada "harta karun" yang tersembunyi.

"Harta karun" ini bentuknya bisa berupa jumlah uang tunai yang masih dimiliki perusahaan, tanah, atau kekuatan merek yang memungkinkan perusahaan bisa bangkit pada masa depan. Keberadaan "harta karun" inilah yang bisa dijadikan pegangan untuk membuat keputusan investasi.

Selain itu, investor tersebut juga perlu mencermati aspek lainnya, seperti tren IHSG. Sebab, tren IHSG akan berpengaruh terhadap pergerakan harga saham yang akan dibeli. Makanya, membeli saham yang sedang longsor harganya dalam kondisi pasar yang sedang bearish bukanlah sebuah keputusan yang bijak.

Yang paling tepat ialah saat IHSG berbalik arah dari tren bearish ke bullish. Untuk mengetahui ini memang diperlukan analisis teknikal dan perkembangan berita terkini.

Makanya, agar bisa membaca arah pembalikan dengan tepat, investor perlu memasang telinga lebar-lebar. Investor wajib mengikuti berita-berita teraktual, sambil terus mencermati pelbagai sentimen yang muncul.

Berdasarkan uraian di atas, strategi menangkap pisau jatuh memang mesti dilakukan dengan hati-hati. Startegi ini bisa menghasilkan "berkah" atau "bencana" bagi investor yang menerapkannya. Oleh sebab itu, investor haruslah melakukan analisis dengan saksama, cermat, dan matang, sebab kalau ada sedikit saja keteledoran, investasi yang ditanamkan bisa sangat berisiko!

Salam.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun