Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Cerita tentang 8 Lot Saham Pertama Saya

30 Oktober 2019   11:15 Diperbarui: 1 September 2020   17:10 2173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi saham (sumber: g.foolcdn.com)

Pada bulan Oktober ini, saya genap setahun berinvestasi saham. Dari yang awalnya cuma ingin coba-coba, kini saya malah "keranjingan" menekuni pasar modal. Setelah sekian lama bergelut di dunia saham, saya mendapati banyak sekali pengalaman berharga tentang ketelitian, kegigihan, dan kesabaran.

Saat dulu saya berkata ingin berinvestasi saham, orang-orang terdekat sempat memberi "peringatan keras" kepada saya. Mereka mewanti-wanti bahwa pasar saham itu terlalu berisiko. Saya bisa kehilangan banyak uang di pasar modal. Lebih baik uang yang saya peroleh dengan susah payah disimpan saja di bank. Lebih aman.

Namun, peringatan tadi tidak menyurutkan niat saya untuk menjajal investasi saham, yang konon sering diidentikkan dengan "perjudian" tersebut. Saya tetap nekat membuka akun di sebuah perusahaan sekuritas dan melakukan transaksi kecil-kecilan.

Sebelum melakukan pembelian, saya belajar menyeleksi saham dengan menonton Youtube dan membaca buku. Maklum, tidak ada orang di sekitar yang bisa membimbing saya. Teman-teman saya enggan mengikuti jejak saya. Mereka terlalu takut menanggung risiko.

Akhirnya, saya belajar menganalisis saham secara otodidak. Seiring berjalannya waktu, pengetahuan saya bertambah sedikit demi sedikit dari praktik langsung. Sungguh benar kata pepatah bahwa pengalaman adalah guru terbaik!

Dengan modal lima ratus ribu, saya membeli dua saham yang sudah saya pelajari sebelumnya. Kedua saham ialah MTDL (PT Metrodata Electronics Tbk) dan JTPE (PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk). Tiga lot saham MTDL dibeli di harga Rp 720/lembar, sementara lima lot saham JTPE di harga Rp 440/lembar. Semua ditotal berjumlah 8 lot saham.

Belakangan, saya menambah modal beberapa juta rupiah untuk mengoleksi saham lain, di antaranya saham AKRA, PBID, EKAD, TOTO, SIDO, SMSM dan ERAA. Tidak ada satu pun saham "bluechip" yang saya beli. Semuanya adalah saham lapis dua, dan beberapa di antaranya bahkan punya tingkat "kolesterol" yang tinggi, sehingga ketika harganya jatuh, uang saya pun ikut tergerus.

Sebut saja saham ERAA yang saya beli sekitar bulan Desember 2018 silam. Saham ini dibeli di harga Rp 2.340/lembar. Saya berharap harganya terbang lebih tinggi dalam beberapa hari ke depan.

Namun, hal itu ternyata hanya sebatas "harapan". Beberapa hari kemudian, alih-alih melesat, harganya malah menukik tajam. Saya berjuang mempertahankannya sekuat hati. Akan tetapi, ketika penurunannya sudah mencapai 8%, saya menyerah! Saya kemudian melakukan cutloss dan menanggung kerugian sekitar 500 ribu rupiah hanya dalam beberapa hari!

Saham-saham lain pun bernasib sama. Harganya turun, turun, dan terus turun. Saya kemudian melepas saham AKRA, PBID, EKAD, dan TOTO. Selebihnya, dari uang penjualan saham tadi, saya menambah porsi saham SIDO (PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk) yang saya beli di harga 816/lembar dan saham MTDL.

Saya berinvestasi selama hampir tujuh bulan. Selama itu, saya terus menggenggam kedua saham tadi baik susah maupun senang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun