Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Cara Bertransaksi Saham "Tanpa Modal"

19 September 2019   09:01 Diperbarui: 20 September 2019   05:41 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pasar saham (sumber: https://ei.marketwatch.com/Multimedia)

Sebelum memulai pembahasan, saya perlu menyampaikan bahwa strategi investasi yang akan diterangkan berikut ini kurang begitu populer di kalangan investor saham.

Alasannya? Karena strategi ini mempunyai tingkat risiko yang sangat tinggi. Strategi ini lebih mirip "spekulasi" daripada investasi karena investor yang menerapkannya bisa memperoleh satu di antara dua hal: untung besar atau rugi besar!

Pada masa lalu, strategi ini pernah dipakai oleh Jesse Livermore. Dengan menggunakan strategi ini, spekulan terkenal dari Amerika Serikat itu berhasil memperoleh untung besar dalam situasi krisis. 

Saat banyak investor "gulung tikar" akibat pasar saham jatuh, ia justru sukses mendulang "cuan" sendirian.

Strategi ini dikenal dengan sebutan short selling. Short selling sebetulnya adalah fasilitas yang ditawarkan perusahaan sekuritas kepada investor.

Aturan main short selling sederhana. Investor diberi pinjaman saham untuk dijual pada harga tinggi dan dibeli kembali pada harga rendah. Keuntungan diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

Untuk mempermudah pemahaman, saya akan memberi sebuah ilustrasi. Misal, pada minggu lalu, saya mendapat "tanda-tanda" bahwa harga saham emiten rokok akan jatuh karena pemerintah akan menaikkan cukai rokok sebesar 23% per 1 Januari 2020.

Saya kemudian menghubungi perusahaan sekuritas tempat saya biasa bertransaksi saham. Saya bermaksud menggunakan fasilitas short selling yang tersedia di perusahaan tersebut.

Lewat fasilitas tadi, saya ingin meminjam 1000 lot (100.000) saham HMSP (PT HM Sampoerna Tbk). Sebagai jaminan, saya menyetorkan sejumlah uang kepada perusahaan sekuritas dan bersedia membayar bunga pinjaman yang sudah ditentukan.

Setelah perusahaan sekuritas menyetujui pinjaman tersebut, saya memiliki 1000 lot saham HMSP. Pada hari jumat (13/9), saya menjual saham HMSP di harga 2800.

Dari penjualan tadi, saya memperoleh uang 280 juta rupiah (2.800 X 100.000 lembar saham). Namun, saya masih mempunyai utang 1000 lot saham HMSP kepada sekuritas. Utang tadi akan dilunasi ketika saya membeli saham HMSP di harga yang lebih rendah.

Pada hari Senin (16/9), harga saham HMSP ternyata jatuh ke 2200. Tebakan saya ternyata tepat.

Di harga 2200, saya kemudian membeli kembali saham HMSP sebanyak 1000 lot. Uang yang dikeluarkan dari pembelian itu adalah 220 juta rupiah (2200 X 100.000 lembar saham).

contoh penerapan strategi short selling di saham hmsp (sumber: dokumentasi Adica)
contoh penerapan strategi short selling di saham hmsp (sumber: dokumentasi Adica)
Dari penjualan sebelumnya saya memperoleh 280 juta, dan kini saya mesti mengeluarkan uang 220 juta untuk memborong kembali 1000 lot saham HMSP.

Sisa uang di tangan saya berjumlah 60 juta (280 juta -- 220 juta). Itulah keuntungan yang saya peroleh dari strategi short selling.

Selebihnya, saya mengembalikan 1000 lot saham HMSP kepada perusahaan sekuritas, sekaligus menebus uang jaminan.

Strategi ini memungkinkan setiap investor bertransaksi saham tanpa modal. Sebab, semua modal yang dipakai merupakan pinjaman dari pihak lain.

Sekilas strategi ini tampak mudah dilakukan. Namun, sesungguhnya tidak demikian. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Pasar saham tidak semudah dan sesederhana itu.

Lagipula risiko yang ditanggung oleh investor juga besar. Strategi ini memang cocok diterapkan ketika harga saham akan jatuh. Investor harus mempunyai alasan yang kuat bahwa hal itu benar-benar akan terjadi. 

Sebab, kalau yang terjadi justru sebaliknya, bisa-bisa investor rugi besar lantaran salah membikin perkiraan.  

Saya pribadi menghindari strategi ini. Selain sifatnya yang sangat spekulatif, dari segi moral, strategi ini sungguh merusak.

Betapa tidak, kalau memakai strategi ini, kita akan selalu berharap sesuatu yang buruk yang terjadi. Kita mengharapkan harga saham hancur besar-besaran.

Kalau hal itu terjadi, kita bisa menuai untung besar. Saat yang lain sedang menderita, kita justru tertawa bahagia? Pantaskah hal itu dilakukan?

Short selling adalah praktik investasi yang legal. Aturan mainnya sudah ditentukan oleh Bursa Efek Indonesia.

Meski begitu, tidak semua investor cocok menggunakan strategi ini. Hanya investor yang terampil membaca arah pergerakan harga saham-lah yang boleh menerapkannya. Sebab, kalau salah bikin perhitungan, bukan keuntungan, tetapi kerugianlah yang bisa didapat.

Salam.
Adica Wirawan

Referensi:

Ini dia cara mendapat cuan dari transaksi short sell

Cukai Naik, Saham Emiten Rokok Berguguran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun