Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ingin "Memetik" Untung Puluhan Persen dari Saham IPO?

13 Juni 2019   09:01 Diperbarui: 18 Juni 2019   10:31 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: baliutd.com

Di sela obrolan ringan beberapa waktu yang lalu, seorang teman menyatakan keinginannya untuk membeli sebuah saham IPO. Ada satu emiten yang akan go public dalam waktu dekat, dan ia tertarik memboyong sahamnya.

Menurutnya, saham tadi layak dikoleksi karena bisa menghasilkan "cuan" besar dalam waktu singkat. Maklum, mayoritas saham IPO umumnya langsung melesat harganya begitu dilepas di pasar.

Sebut saja saham PT Hotel Fitra Internasional Tbk (FITT) yang dijual perdana pada 11 Juni kemarin. Saham FITT yang awalnya diperdagangkan dengan harga Rp 173 per lembar kini telah naik 134% menjadi Rp 232 pada penutupan perdagangan 12 Juni!

Keuntungan yang besar tadi memang menggiurkan siapapun, termasuk teman saya. Makanya, ia tertarik "mencicipi" untung puluhan persen dengan membeli saham IPO.

Meski demikian, saya mewanti-wanti supaya teman saya berhati-hati saat memborong saham IPO. Ia mesti membaca prospeknya terlebih dulu. Ia juga harus meneliti laporan keuangan, serta menyelidiki penggunaan dana yang akan dipakai perusahaan.

Kalau tujuan penggunaan dana untuk bayar hutang, lebih baik ia mengurungkan niatnya. Sebab, hal itu tidak akan memperbaiki kinerja perusahaan ke depan. Ia bisa rugi membeli saham perusahaan yang mengumpulkan modal hanya untuk melunasi hutang.

Sebaliknya, kalau manajemen berniat menggunakan modal hasil IPO untuk membangun pabrik baru, hal itu patut dipertimbangkan. Dari kegiatan itu, kita bisa menilai bahwa kinerja perusahaan akan membaik dengan bertambahnya fasilitas pabrik.

Kehadiran fasilitas tadi berpotensi meningkatkan produksi dan laba yang diperoleh perusahaan. Kalau hal itu terjadi, harga sahamnya pun akan naik.

Membeli saham IPO sebetulnya cukup mudah. Kita hanya perlu memesannya pada perusahaan yang ditunjuk sebagai Penjamin Emisi Efek.

Berbeda dengan saham yang dijual di pasar reguler, saham IPO umumnya sudah dijatah. Makanya, investor tidak bisa membeli sesuka hati, sebab semua sudah ada porsinya masing-masing.

Jika melihat daftar antrean IPO, pada tahun ini, setidaknya ada beberapa perusahaan yang menarik. Sebut saja PT Bali Bintang Sejahtera Tbk yang melepas sahamnya pada bulan ini.

Perusahaan yang menaungi klub sepakbola Bali United ini telah menawarkan sahamnya sejak tanggal 10 Juni kemarin. Bali United melepas 2 miliar sahamnya ke publik.

Animo masyarakat untuk mengoleksi saham Bali United pun terbilang besar. Wajar, Bali United adalah salah satu klub idola yang berasal dari Pulau Dewata.

Klub yang berlaga di Liga 1 ini memiliki basis pendukung yang loyal. Maka, jangan heran, ada begitu banyak orang yang mengantre membeli sahamnya.

Seperti dilansir dari CNBC Indonesia, manajemen Bali United berencana menggunakan dana dari IPO untuk belanja pemain, pengembangan fasilitas klub, dan ekspansi outlet Bali United Store.

Perusahaan lain yang sahamnya juga dilirik adalah PT Net Visi Media. Perusahaan yang memproduksi beragam tayangan di Net TV ini dikabarkan akan merilis sahamnya dalam waktu dekat.

Kehadiran Net di bursa saham akan menambah jumlah emiten media. Sebelumnya sudah ada beberapa emiten media yang merilis sahamnya di Bursa Efek Indonesia, seperti PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), dan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA).

Sebagaimana dikutip dari Tempo, manajemen berencana memakai dana IPO untuk meningkatkan kualitas konten.

Membeli saham IPO memang membutuhkan pertimbangan yang matang. Walaupun rata-rata saham IPO akan melejit harganya setelah dijual di pasar reguler, bukan berarti investor bisa asal pilih.

Ada beragam pertimbangan yang mesti dilakukan sebelum investor membeli saham IPO. Di antaranya adalah (1) memeriksa fundamental perusahaan; (2) menelusuri tujuan penggunaan dana IPO; (3) melihat rekam jejak kesuksesan perusahaan penjamin emisi; (4) memastikan bahwa saham dilepas pada waktu yang tepat ketika pasar sedang dalam tren positif; dan, (5) mencermati jatah saham yang boleh dibeli.

Semua itu dilakukan agar investor bisa memilih saham yang tepat. Kalau hal-hal tadi dilakukan, semua risiko yang mungkin terjadi, seperti harga jatuh pasca-IPO atau saham "sepi" peminat, dapat diminimalkan, sehingga investor bisa mengeruk untung sebesar-sebesarnya dari saham yang baru dirilis.

Salam,
Adica Wirawan, founder of Gerairasa

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun