Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

"Sexy Killers" Menggoyang Saham Batu Bara?

19 April 2019   09:01 Diperbarui: 19 April 2019   13:29 2443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
youtube/watchdoc image

Akibat terlalu sering menggunakan batu bara, timbul masalah. Asap yang dihasilkan pembakaran batu bara menciptakan polusi yang akut. Sejumlah kota di Tiongkok, seperti Beijing dan Shijiazhuang, menjadi "langganan" kabut asap, yang sebagian dihasilkan dari pembakaran batu bara.

Untuk mengatasi persoalan kronis itu, Pemerintah Tiongkok kemudian mengetatkan kuota impor batu bara. Hasilnya berjalan efektif. Tahun demi tahun kebijakan tadi berhasil mengurangi kadar kabut asap, dan kini mayoritas penduduk yang tinggal di kota-kota tadi dapat menghirup napas segar.

Oleh karena jadi salah satu komoditas utama, jangan heran, perusahaan tambang batu bara bertebaran di mana-mana. Beberapa pemain utamanya bahkan sudah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Sebut saja Adaro Energy (ADRO), Indika Energy (INDY), Bumi Resources (BUMI), Harum Energy (HRUM), Bukit Asam (PTBA), dan Indo Tambang Megah (ITMG).

Biarpun terkesan "hot", sampai sekarang, saya masih enggan membeli saham-saham tadi. Sebab, saya tahu, saham-saham tersebut "kurang ramah" untuk para investor jangka panjang. Di bursa efek, mereka tergolong saham-saham yang "agresif". Harganya naik-turun dengan sangat cepat. Kalau saya beli hari ini, esok mungkin harganya naik 10%, tapi lusa, bisa saja, anjlok 20%.

Makanya, saham tipe ini, cocok bagi investor yang punya jantung kuat, agar saat harganya berubah secepat kilat, investor yang bersangkutan bisa terhindar dari sakit jantung! Hahahahaha.

Lagipula, pergerakan saham-saham tadi selalu mengikuti harga batu bara. Kalau harga batu bara sedang bagus, harga sahamnya ikut terkerek. Sebaliknya, jika harga batu bara jeblok, saham tadi bisa turut rontok. Jadi, boleh dibilang, saham tambang batu bara bukanlah saham yang mudah diprediksi kenaikan harganya.

Selain itu, saham batu bara juga rentan diterpa kabar buruk. Isu lingkungan hidup dan kecelakaan di tambang bisa menjadi sentimen negatif yang sewaktu-waktu bisa menggoyang harga saham batu bara. Hal itu wajar terjadi. Jika kita "berkaca" pada film Sexy Killers, akan terlihat operasional tambang batu bara yang tidak ramah lingkungan.

ubang bekas tambang batu bara (foto: https://kompas.com)
ubang bekas tambang batu bara (foto: https://kompas.com)

Pasalnya, setelah selesai membuat lubang untuk mengeruk batu bara, ada sejumlah perusahaan yang meninggalkan daerah tambah begitu saja. Tambang-tambang yang sudah habis diambil batu baranya dibiarkan menganga, menyisakan lubang-lubang yang bisa merenggut nyawa warga yang tinggal di sekitarnya.

Makanya, boleh jadi, setelah film Sexy Killers diliris, investor berpikir ulang untuk membeli saham-saham tambang batu bara, dan hal itu tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja sahamnya di bursa efek.

Sexy Killers membuka mata saya dalam memandang bisnis batu bara yang ramai di tanah air. Selama ini, saya hanya mengenal saham-sahamnya tanpa pernah tahu operasional perusahaan di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun