Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Seperti Nge-Blog, Jangan Sepelekan "Tren" Saat Beli Saham

16 November 2018   10:09 Diperbarui: 16 November 2018   11:30 1643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: http://www.perpetualpc.com.au

Beberapa hari yang lalu, saya "terpaksa" menjual saham AKRA. Sebab, harganya terus turun sejak saya beli sekitar sebulan yang lalu. Pada saat beli, saya mengira bahwa pasar sudah "bosan" menjual saham tersebut. Maklum, sepanjang tahun ini, harganya memang terus "longsor" dan ada begitu banyak investor yang menjualnya alih-alih membelinya.

Sampai tulisan ini dibuat, saham AKRA pun "terperosok" cukup dalam. Dari harga Rp 6.200 per lembar saham pada tanggal 2 Januari 2018 sampai dengan harga Rp 3.400 per lembar saham pada tanggal 13 November 2018. Artinya hampir separuh harga sahamnya "tergerus", dan sampai sekarang, belum ada "tanda-tanda alam" kalau saham tersebut akan menguat dalam waktu dekat.

Hal itu tentu sungguh disayangkan. Pasalnya, AKRA termasuk saham yang punya fundamental kuat. Perusahaan yang menaunginya, yakni AKR Corporindo Tbk, terbilang perusahaan besar. Ia bergerak dalam jasa penyaluran logistik, pengoperasionalan pelabuhan, dan pendistribusian minyak dan bahan kimia dasar. Sejak bertahun-tahun, ia pun tergolong ke dalam anggota indeks LQ45.

Sekadar informasi, LQ45 adalah indeks saham yang terdiri atas 45 saham unggulan. Umumnya, indeks itu dihuni oleh saham-saham berkapitalisasi pasar di atas 10 triliun rupiah. Oleh sebab itu, selain IHSG, indeks ini sering dijadikan "barometer" untuk memetakan kondisi pasar di Bursa Efek Indonesia.

Kembali ke saham AKRA. Walaupun termasuk salah satu saham yang tangguh, oleh karena faktor eksternal, seperti menguatnya dollar terhadap rupiah dan menurunnya harga minyak dunia, kinerja saham AKRA pun terganggu. Akibatnya ya itu tadi, harganya terus "melorot", dan tak ada satu pun yang bisa memperkirakan seberapa dalam ia akan jatuh.

Makanya, saya pun memutuskan cut loss kemarin. Saya menjual sahamnya dalam keadaan rugi, lantaran saya tidak menemukan tanda-tanda yang kuat bahwa harganya akan berbalik naik.

penurunan saham akra yang terjadi sepanjang tahun 2018 (sumber: dokumentasi pribadi)
penurunan saham akra yang terjadi sepanjang tahun 2018 (sumber: dokumentasi pribadi)
Bagi sebagian orang, apa yang saya lakukan tersebut mungkin disebut kerugian. Namun, bagi saya pribadi, hal itu ialah suatu langkah "waras" yang mesti dilakukan. Sebab, sebagus apapun fundamental suatu saham, saat tak ada tanda-tanda tren akan naik, saya mesti "ikhlas" menjualnya. Saya tak berani melawan tren yang terjadi. Tren terlalu tangguh untuk disepelekan.

Hal itu mungkin bertolak belakang dengan anjuran para fundamentalis. Bagi mereka, saat saham bagus sedang turun, itu adalah kesempatan yang bagus untuk membeli. Sebab, kapan lagi kita punya celah untuk membeli saham bagus dengan harga "diskonan" begitu? Makanya, mereka kemudian menganjurkan bahwa saat pasar panik, dan banyak investor menjual sahamnya besar-besaran, itulah waktu yang pas untuk masuk ke pasar!

Meski dasar pemikiran mereka masuk akal, saya tetap tidak berani masuk ke pasar yang sedang "dihantam" badai kepanikan. Bagi saya, itu terlalu bahaya, bukan langkah yang bijak. Makanya, kalau tren suatu saham cenderung turun, saya hanya akan menyimpan modal saya, dan menunggu sampai tren harganya berbalik naik suatu saat nanti.

Saat berbicara tentang tren harga suatu saham, saya jadi terpikir soal nge-blog. Ternyata ada kemiripan antara membeli saham dan membuat blog. Sebab, keduanya mesti memerhatikan tren untuk berkembang. Sama seperti saham, blog yang laris dibaca banyak orang umumnya adalah blog yang selaras dengan tren.

Sebut saja blog yang dibuat oleh Kompasiner Yonathan Christanto kemarin, yaitu Selamat Jalan Stan Lee. Tulisan yang mengangkat topik tentang kematian Stan Lee itu memang kaya informasi, renyah dibaca, dan kemudian jadi viral dalam waktu singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun