Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Investasi Itu Enggak Selalu (B)Untung?

27 Agustus 2018   10:09 Diperbarui: 27 Agustus 2018   10:14 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: res.cloudinary.com

Dulu saya beranggapan bahwa berinvestasi itu "pasti" mendatangkan untung. Bagaimana enggak? Buat apa orang-orang menggelontorkan duitnya kalau tahu investasi yang dilakukannya justru menimbulkan kerugian? Namun, seiring berjalannya waktu, saya sepertinya mesti "merevisi" anggapan awal saya. Sebab, setelah menjajal sejumlah investasi, saya menyadari ada instrumen yang menghasilkan keuntungan, ada pula yang tidak.

Sebagai investor bertipe "moderat", saya menyukai keamanan. Bagi saya, keamanan adalah syarat mutlak yang wajib dipenuhi sebagai fondasi berinvestasi. Sebab, saya enggak ingin "berjudi" dalam berinvestasi. Saya enggak mau mempertaruhkan semua dana di sembarang instrumen, dan tiba-tiba jadi susah tidur manakala saya tahu bahwa dana saya tergerus akibat kondisi eksternal.

Makanya, saya memilih instrumen yang notabenenya terjamin keamanannya, seperti deposito dan obligasi. Instrumen itu boleh dibilang jadi fondasi utama saya dalam mengelola dan mengembangkan nilai aset yang saya miliki. Jadi, jangan heran kalau dulu saya sangat antusias menanamkan modal di deposito, dan mengalokasikan sisanya di obligasi.

Namun, ternyata saya enggak begitu puas dengan hasilnya. Walaupun dikategorikan aman, imbal hasilnya kecil. Per bulannya saya hanya "memetik" beberapa ratus ribu saja dari kegiatan investasi tersebut. Akhirnya, saya pun mencari instrumen investasi lainnya, yang dinilai punya return lebih tinggi.

Pada tahun 2017 sempat saya menggelontorkan dana di sebuah marketplace yang memperdagangkan sejumlah mata uang virtual, semacam bitcoin, ripple, dan cardano. Jumlahnya memang enggak seberapa, hanya satu juta rupiah saja.

Awal-awal saya sempat mendulang keuntungan yang lumayan lewat aktivitas trading. Maklum saja, mata uang virtual memang sedang jadi tren sepanjang tahun 2017, dan nilainya naik berkali-kali lipat dalam hitungan bulan. Namun, seiring berjalannya waktu, alih-alih terus untung, investasi saya malah anjlok, bahkan "jeblok".

Nilai mata uang virtual runtuh dalam waktu "singkat" setelah pada akhir tahun lalu, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan yang melarang penggunaan cryptocurrency sebagai alat tukar, dan itu berimbas pada nilai dana yang saya setorkan. Sebab, setiap bulan, nilainya pun terus amblas.

Sedih? Enggak terlalu. Sebab, saya tahu berinvestasi di mata uang virtual itu tergolong sebagai investasi tipe C. Sebuah investasi yang penuh risiko. Makanya, saya sudah "melapangkan dada" manakala kerugian datang menjelang. Anggap saja itu sebagai ongkos belajar berinvestasi. Jadi, biarpun rugi secara materi, saya merasa enggak rugi-rugi amat dari segi ilmu.

Kemudian, saya mencoba intrumen lain, yaitu fintech alias financial technology. Tahun ini, fintech memang masih menjadi "primadona" yang hangat dibicarakan investor. Seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak pengamat yang "meramalkan" bahwa fintech akan terus berkembang di tanah air pada masa depan.

Makanya, fintech menciptakan "euforia" baru di kalangan investor, dan saya pun terbawa ke dalam "euforia" itu. Lantaran pernah bertemu dengan CEO-nya dan tahu aturan mainnya, saya pun berinvestasi di sebuah perusahaan fintech peer to peer lending.

Setelah menanamkan duit secara rutin, keuntungan pun konsisten masuk ke "kantong" saya. Biarpun keuntungannya masih terbilang kecil, lumayanlah. Sebab, dengan keuntungan itu, saya bisa pergi jalan-jalan ke tempat yang saya sukai. Hahahaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun