Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Atletik Pilihan

Berkat "Faktor X", Rizky Ghusyafa Pratama Siap Menunjukkan "Seni Lompat Tinggi" di Asian Games 2018

20 Juli 2018   10:09 Diperbarui: 20 Juli 2018   10:16 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rizky Ghusyafa Pratama (tengah) menyabet medali di Singapura Terbuka (sumber: dokumentasi Rizky Ghusyafa Pratama)

Bagi Rizky Ghusyafa Pratama, lompat tinggi ibarat "seni" yang menawarkan keindahan tertentu. "Sepertinya indah saja sewaktu saya melihat atlet mengempaskan dirinya ke udara, melewati palang yang tinggi, terus jatuh di atas matras," katanya, sewaktu saya mewawancarainya di GOR Valedrome, Rawamangun, pada tanggal 12 Juli lalu. Keindahan itulah yang kemudian mengubah "jalur hidup" Rizky. Hingga akhirnya, ia pun memutuskan menekuni cabang olahraga lompat tinggi sejak tahun 2013.

Lantaran terus "dibakar" oleh passion yang kuat dalam olahraga lompat tinggi, Rizky mampu menorehkan sejumlah prestasi. Makanya, kemudian pemuda berusia 23 tahun yang masih tercatat sebagai mahasiswa Univesitas Negeri Jakarta tersebut terpilih menjadi salah satu atlet yang mewakili nama Indonesia di ajang Asian Games 2018.

Pemilihan itu pun bukannya tanpa seleksi. Walaupun telah "mengantongi" banyak medali, Rizky tetap harus mengikuti seleksi kejurnas. Dengan mengandalkan pengalaman dan kerja keras, sulung dari dua bersaudara tersebut pun berhasil menyabet peringkat 1 dan akhirnya lolos menjadi atlet di Asian Games.

Rizky Ghusyafa Pratama sedang berlatih di GOR Veledrome, Rawamangun, Jakarta (sumber: dokumentasi Adica)
Rizky Ghusyafa Pratama sedang berlatih di GOR Veledrome, Rawamangun, Jakarta (sumber: dokumentasi Adica)
Sebelum mencapai posisi sekarang, Rizky mengaku sempat mendapat beberapa tantangan pada masa awal ia merintis karier. Sebab, ia harus menjalani masa latihan yang ketat di bawah bimbingan pelatihnya, Siga Winowale. Menurut Rizky, Siga adalah tipikal pelatih yang keras, disiplin, dan bertanggung jawab.

Secara ketat, Siga sering memerhatikan pola makan anak didiknya, suka memeriksa kamar hanya untuk memastikan anak didiknya bangun tidur dan kembali ke kamar tepat waktu, dan meminta anak didiknya mengikuti perintahnya. "Ke mana-mana kami juga harus minta izin," tutur Rizky, sewaktu ia mengenang gaya latihan yang diterapkan Siga.

Di bawah arahan pelatihnya, Rizky mengaku menjalani latihan hampir setiap hari. Ia rutin berlatih dari Senin sampai Sabtu. Latihan tersebut terbagi atas dua sesi, yaitu pagi yang dimulai dari jam 6-9 dan sore yang dilakukan dari jam 4-8. Porsi latihan yang dilaksanakan meliputi 1 jam pemanasan, 1-2 jam latihan inti, dan 1 jam koreksi. Jadi, boleh dikatakan bahwa Rizky melakukan latihan yang cukup intens.

Meskipun hormat kepada pelatihnya, ada kalanya Rizky berbeda pendapat dengan Siga. Contoh, dalam sebuah kejuaraan beberapa tahun lalu, Rizky menceritakan sempat mengalami cedera hamstring seminggu sebelum bertanding. Setelah diperiksa, ternyata cedera yang dialami cukup serius, sehingga Rizky dianjur membatalkan keikutsertakannya dalam kejuaraan tersebut.

Siga pun melarangnya tampil. Sepertinya ia melihat bahwa cedera tersebut dapat menghambat karier Rizky ke depannya. Namun, Rizky bersikeras ingin bertanding. Ia pun berani mengambil risiko. Walaupun masih dibekap cedera, ia tetap memasuki arena, dan mengerahkan upaya terbaiknya. "Akhirnya, saya membawa pulang perak," kata Rizky, disertai tawa kecil. "Namun, setelah itu, saya harus istirahat total selama 5 bulan."

Rizky Ghusyafa Pratama sewaktu mengikuti sebuah kejuaraan (sumber: dokumentasi Rizky Ghusyafa Pratama)
Rizky Ghusyafa Pratama sewaktu mengikuti sebuah kejuaraan (sumber: dokumentasi Rizky Ghusyafa Pratama)
Biarpun menerapkan disiplin yang tinggi kepada anak didiknya di dalam lapangan, Siga sebetulnya mampu bersikap friendly. Sebab, di luar lapangan, ia menjadi sosok "ayah" yang bertanggung jawab. Makanya, jangan heran kalau Rizky menganggap Siga sebagai orangtuanya sendiri. "Saya sudah dididik pelatih sejak tahun 2013," katanya. "Berkat didikannya, saya bisa seperti sekarang ini."

Siga juga tipikal pelatih yang peduli terhadap prestasi altlet yang dibinanya. Ia akan melakukan upaya terbaik untuk "mendongkrak" prestasi anak didiknya. Pernah ia melakukan nazar yang unik sebelum Rizky bertanding di PON 2016. "Pelatih bernazar akan berjalan kaki dari Cibinong ke Rawamangun apabila saya berhasil meraih medali," kata Rizky. "Sewaktu saya mendapat medali emas di PON, ia benar-benar mewujudkan nazarnya."

Rizky Ghusyafa Pratama (kanan) dan pelatihnya, Siga Winowale (sumber: dokumentasi Rizky Ghusyafa Pratama)
Rizky Ghusyafa Pratama (kanan) dan pelatihnya, Siga Winowale (sumber: dokumentasi Rizky Ghusyafa Pratama)
Berkat pola latihan yang dilaksanakan Siga, hampir setiap tahun, Rizky membawa pulang medali dari berbagai kejuaraan dalam dan luar negeri. Sebagai contoh, pada tahun 2013, ia meraih medali emas dalam kejuaraan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) XII. Pada tahun 2013-2018, ia menjadi "langganan" peraih medali emas di ajang Kejurnas. 

Pada tahun 2015, ia menyabet medali perak di Hongkong Terbuka. Pada tahun 2016, ia mendapat medali emas di Pekan Olahraga Nasional XIX di Bandung, Jawa Barat. Pada tahun 2017, ia meraih peringkat 4 Sea Games di Kuala Lumpur Malaysia, sekaligus menyamai rekor nasional dengan tinggi lompatan 2,15 meter. Pada Februari 2018, dalam tes event Asian Games, ia mendapat medali perunggu. Pada tahun 2018, ia memperoleh perak di ajang Singapura Terbuka.

Lawan Tangguh  

Untuk menyambut Asian Games 2018, Rizky pun menjalani masa karantina di Rusunawa UNJ. "Saya sudah dikarantina sejak tahun 2017," tuturnya. Semua itu dilakukan agar Rizky fokus menjalani latihan dan mampu "mematangkan" teknik. Maklum saja, lawan yang dihadapinya di Asian Games terbilang "berat". Sebab, ia akan melawan atlet peraih medali Olimpiade Mutaz Essa Barshim.

Kalau menilik informasi seputar atlet asal Qatar itu, kita memang akan menemukan sederet prestasi. Sebut saja, ia pernah menyabet rangking 1 Asian Athletics Championships dengan tinggi lompatan 2,35 meter, peringkat 1 Asian Indoor Championships dengan tinggi lompatan 2,37 meter, dan jawara 1 World Indoor Championships dengan tinggi lompatan 2,38 meter. Makanya, sejauh ini, Mutaz adalah lawan terberat Rizky di Asian Games.

Selain itu, Rizky juga mewaspadai atlet dari Malaysia, Jepang, dan China sebagai penantang terkuat. Ia sempat bertanding melawan atlet-atlet tersebut di kejuaraan internasional, dan melihat bahwa potensi yang mereka punya terbilang baik. Mereka bisa membikin "kejutan" di Asian Games. Makanya, Rizky enggan memandang remeh semua lawannya.

Biarpun melawan sejumlah atlet yang tangguh, Rizky tetap merasa optimis terhadap target yang dipatoknya. Setidaknya ia mengusung dua target, yaitu target dari pemerintah dan target pribadi.

Menurut Rizky, pemerintah memasang target medali untuk setiap atlet yang akan berlaga, dan ia berupaya keras mewujudkannya. Ia sadar bahwa ada "jalan berliku" yang harus ditempuhnya untuk mencapai target tersebut. Namun, ia tetap berharap dapat mendulang prestasi. "Siapa tahu rezeki (bisa dapat medali)," katanya, disertai tawa kecil.

Sementara itu, untuk target pribadi, Rizky berharap dapat memperbaiki tinggi lompatannya. Ia menargetkan bisa melompat setinggi 2,2 meter. Hal itu penting dilakukan. Sebab, jika berhasil meraihnya, jalannya ke kejuaraan Seagames 2019 dan Olimpiade Tokyo terbuka lapang.

Agar bisa mengharumkan nama bangsa, Rizky juga mengharapkan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai atlet, ia sadar bahwa dukungan bisa menjadi "faktor X", yang menentukan prestasinya di Asian Games. Apalagi Indonesia kembali terpilih menjadi tuan rumah.

Sebagaimana diketahui, Asian Games 2018 diselenggarakan di dua kota, yaitu Jakarta dan Palembang. Ajang olahraga terakbar di Benua Asia itu akan dimulai dari tanggal 18 Agustus - 2 September 2018. Ada 40 cabang olahraga yang akan dipertandingkan, yang terdiri dari 32 cabang Olimpiade dan 8 cabang olahraga nonolimpiade. Jumlah tersebut jelas lebih banyak dari pagelaran Asian Games sebelumnya di tempat yang sama.

Rizky Ghusyafa Pratama (kanan) sewaktu mengikuti kejuaraan di Gelora Bung Karno (sumber: dokumentasi Rizky Ghusyafa Pratama)
Rizky Ghusyafa Pratama (kanan) sewaktu mengikuti kejuaraan di Gelora Bung Karno (sumber: dokumentasi Rizky Ghusyafa Pratama)
Sebelumnya, Indonesia tercatat pernah menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962. Pada saat itu, Indonesia berhasil mengukir prestasi setelah bercokol di peringkat 2 klasemen. Hal itu tentunya menjadi momen yang terus dikenang, dan masyarakat Indonesia pastinya berharap "sejarah baru" akan tercipta pada pagelaran kali ini.

Untuk mewujudkan harapan tersebut, seperti Rizky, sejumlah atlet lainnya pun sibuk membenahi latihan. Buktinya, di sela wawancara saya bersama Rizky, beberapa atlet terlihat berlatih dengan giat di GOR Veledrome. Semua itu dilakukan untuk mengukir prestasi Indonesia di kancah Asian Games 2018.


Rizky ialah satu di antara sekian banyak atlet yang mewakili nama Indonesia di Asian Games 2018. Sebagai atlet, ia berharap mampu mengukir prestasi, menyumbang medali, dan mengharumkan nama bangsa. Namun, ia sadar tidak dapat "berjalan sendirian". Jelas ia memerlukan dukungan dari masyarakat. Sebab, dukungan itu bisa mengalirkan energi, yang "memompa" semangat atlet. Supaya atlet-atlet Indonesia berjaya. Supaya Sang Garuda bisa terbang tinggi di cakrawala.

Salam.

Adica Wirawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun