Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Agar "Berjodoh" dengan Instrumen Investasi

4 Juli 2018   10:09 Diperbarui: 4 Juli 2018   10:17 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: investment-india.com

Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke DM akun instagram saya, dan sewaktu saya membacanya, ternyata itu dari siswa saya yang kini sedang berkuliah di sebuah kampus swasta di Jakarta. Dalam pesannya, ia meminta diajarkan cara berinvestasi saham kepada saya dan saya tertegun sejenak.

Sejujurnya saya kagum pada pikirannya tentang investasi. Saat saya seumuran dengannya, tidak pernah terlintas di pikiran saya soal berinvestasi. Bagi saya, investasi itu adalah sesuatu yang asing dan belum cocok dilakukan pada saat itu lantaran saya belum bekerja. Makanya, waktu itu, topik seputar investasi belum menarik minat saya, dan saya memilih fokus berkuliah sebagaimana mahasiswa lainnya.

Namun demikian, beda zaman, ternyata beda pula pola pikirnya. Sebab, kini mahasiswa, seperti siswa saya, sudah "melek" investasi. Ia sudah berpikir jauh ke depan, menyiapkan semuanya sedini mungkin. Ia sadar bahwa pada masa depan, orang tak akan melulu berorientasi pada menabung, tetapi mulai "melirik" investasi. Oleh sebab itu, ia mulai mencari tahu semua hal tentang dunia investasi sebagai "bekal" menghadapi masa depan.

Sayangnya, sewaktu diminta menjelaskan prosedur berinvestasi saham, saya belum bisa "memuaskan" rasa ingin tahu siswa saya. Sebab, saya memang belum "bermain" saham saat ini. Saya hanya bisa memberi informasi yang saya ketahui, dan selebihnya memintanya mencari orang yang sudah pernah berinvestasi saham agar bisa "memetik" pengalaman dari orang tersebut.

Lebih lanjut, saya juga memintanya memeriksa profil risikonya sebelum ia memutuskan berinvestasi saham. Sebab, belum tentu saham menjadi intrumen investasi yang sesuai dengan profilnya. Jangan sampai ia salah memilih instrumen, yang kemudian menyebabkannya "kapok" berinvestasi.

Makanya, menemukan instrumen investasi itu mirip dengan mencari jodoh. Semuanya harus berdasarkan kecocokan. Ada orang yang merasa tepat berinvestasi di instrumen A, tapi kurang pas di instrumen B. Demikian juga sebaliknya, ada yang cocok di intrumen B, tapi kurang "sreg" di instrumen A. Oleh sebab itu, adalah penting mengetahui profil risiko sebab setiap profil memiliki kecocokan pada instrumen yang berbeda-beda.

Secara garis besar, profil risiko terbagi atas konservatif, moderat, dan agresif. Ketiga tipe itu dibedakan atas sifat dan instrumennya. Sebagai contoh, di antara profil risiko lainnya, tipe konservatif mengutamakan keamanan dan kestabilan. Mereka biasanya benci kehilangan uang sewaktu berinvestasi. Makanya, mereka lebih cocok menanamkan uangnya ke beberapa instrumen, seperti deposito, obligasi, reksadana pendapatan tetap, dan emas, yang notabene-nya minim risiko.

Kemudian, tipe moderat berada di tengah-tengah. Mereka umumnya bersifat terbuka terhadap setiap kemungkinan. Makanya, alih-alih hanya fokus berinvestasi di instrumen rendah risiko, sesekali mereka juga menyalurkan dananya ke instrumen yang tinggi risiko. Umumnya itu dilakukan untuk mendapatkan keuntungan lebih. Oleh sebab itu, instrumen yang tepat untuk tipe moderat ialah fintech peer to peer lending, tanah, dan properti.

Sementara itu, tipe agresif menyukai pergolakan. Mereka berani berinvestasi di instrumen yang dikenal punya tingkat risiko tinggi. Sebab, mereka tahu bahwa semakin tinggi risikonya, semakin besar pula hasilnya. Makanya, mereka senang "menumbuhkan" uangnya di pasar saham, jual-beli cryptocurrency, atau bisnis, yang memang tingkat keuntungan dan risikonya jauh lebih tinggi daripada instrumen lainnya.

Kemudian, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana saya mengenali profil risiko saya sehingga bisa mengetahui instrumen yang cocok untuk saya? Sederhana. Cobalah semua instrumen investasi yang tersedia.

Sebagai contoh, dulu saya menganggap kalau profil risiko saya adalah konservatif. Sebab, saya menyukai stabilitas. Makanya, jangan heran kalau saya menanamkan dana saya di deposito selama bertahun-tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun