Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama FEATURED

"Cermin" Waisak dalam Kitab Sutasoma

29 Mei 2018   14:41 Diperbarui: 26 Mei 2021   07:32 7233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kitab Sutasoma yang berada di Museum Nasional Indonesia. (Foto: Instagram @museum_nasional_indonesia via Kompas.com)

Selanjutnya, pangeran bertemu dengan macan betina di tengah perjalanan. Pangeran merasa kasihan dengan macan tersebut. Sebab, macan itu berniat menyantap anaknya sendiri karena sangat kelaparan. Alih-alih membiarkan perbuatan itu, pangeran berbicara dengan macan betina itu, dan menawarkan dirinya untuk dimakan, asalkan si macan bersedia melepaskan anaknya.

Si macan menyanggupinya. Ia menyerang dan memangsa pangeran dengan buas. Gajawaktra dan naga hanya bisa berdiam diri saat melihat tubuh pangeran dicabik-cabik oleh taring macan betina sebab pangeran mencegah mereka untuk menolongnya. Akhirnya, pangeran pun wafat.

Setelah kenyang memakan daging pangeran, si macan menyesali perbuatannya. Sebab, ia telah melakukan dosa besar, telah membunuh makhluk agung, seperti Pangeran Sutasoma. Akhirnya, ia memohon ampun dan meminta dewata untuk menghidupkan kembali Pangeran Sutasoma.

Dewa indra yang menyaksikan peristiwa itu merasa tersentuh. Ia akhirnya mengabulkan permintaan macan betina itu dan "menghidupkan" kembali Pangeran Sutasoma. Pangeran pun bangkit dari kematian, dan bisa melanjutkan perjalanannya.

Setelah berhasil mencapai puncak Gunung Semeru, pangeran kemudian duduk bermeditasi. Ia berusaha merealisasi kebebasan dari samsara. Sesudah tujuannya tercapai, ia kembali ke kerajaan, dan di sanalah ia mendengar "teror" dari Raja Porusada.

Raja Porusada adalah raksasa yang sangat kejam. Ia suka menyantap daging manusia. Ia telah menawan 99 orang pangeran, dan berencana mempersembahkan mereka untuk santapan.

Lantaran terdorong oleh rasa kasihan, Pangeran Sutasoma kemudian bertempur dengan Raja Porusada. Pertempuran yang dahsyat pun terjadi. Sebab, di dalamnya, terdapat beragam adu kesaktian dan senjata.

Setelah digempur habis-habisan, Raja Porusada terpojok. Ia nyaris kalah. Namun, ia enggan membebaskan pangeran yang ditawannya. Pangeran Sutasoma kemudian "berdiplomasi" dengannya.

Raja Porusada kemudian meminta tubuh pangeran sebagai pengganti tawanan. Dengan penuh keberanian, pangeran menyanggupi permintaan itu. Jadilah ia mengorbankan badannya sendiri sebagai santapan Raja Porusada.

Alih-alih langsung menelannya, Raja Porusada justru tersentuh oleh kebaikan hati pangeran. Akhirnya, ia batal membunuh pangeran, dan kemudian menjadi pengikutnya.

Dari kisah di atas, terlihat kalau semua pertempuran yang dimenangkan oleh Pangeran Sutasoma berakhir tanpa kematian. Biarpun musuh-musuhnya membenci dan berupaya membunuhnya, Pangeran Sutasoma pada akhirnya mengampuni mereka semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun