Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bekal agar Karyawan Siap Berjumpa dengan "Si Cantik" di Hari Terakhir

13 April 2018   13:01 Diperbarui: 13 April 2018   15:31 2163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: img.huffingtonpost.com

Bagi karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan atau pabrik, kata last day dapat bermakna banyak hal. Ada yang memaknainya sebagai sebuah "pintu" bagi kesempatan baru. Makanya, last day menjadi waktu yang pas untuk mencari pengalaman baru dan mengembangkan karier lebih lanjut. Oleh sebab itu, sewaktu last day tiba, karyawan yang bersangkutan menyambutnya dengan penuh "keikhlasan" dan "sukacita", seolah sebuah "beban berat" telah diletakkan.

Namun demikian, last day bisa pula bermakna lain. Sebab, ada juga karyawan yang merasa bahwa last day ialah "akhir" dari segalanya. Makanya, last day dipandang menjadi semacam "pamali", yang pantang dibicarakan, dilakukan, atau dirayakan.

Hal itu tentunya wajar terjadi. Apalagi, kalau karyawan tersebut sudah "berumur" dan berkeluarga, kata last day sebaiknya "dicoret" dari kamus karier. Sebab, hal itu hanya akan menimbulkan masalah yang pelik pada masa depan, terutama dalam aspek ekonomi.

Hal itulah yang tentunya diwaspadai setiap orang, termasuk saya pribadi. Dalam beberapa tahun terakhir, sebetulnya saya telah beberapa kali berganti pekerjaan, sehingga saya memahami betul perasaan seseorang yang kehilangan kesibukan, pertemanan, dan tentunya penghasilan akibat berhenti dari pekerjaannya.

Sekadar berbagi, dulu, sewaktu saya memutuskan hengkang dari kantor lama, saya pergi tanpa persiapan "sama sekali". Pasalnya, saya belum merencanakan semuanya dengan matang. Semua itu terjadi lantaran pemikiran saya yang keliru.

Awalnya, kalau keluar dari pekerjaan, saya berpikir bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. Sebab, jumlah tabungan yang saya miliki pada saat itu cukup untuk membiayai hidup saya selama setahun penuh. Makanya, setelah last day dari kantor, saya merasa aman-aman saja.

Namun demikian, kehidupan ternyata susah sekali ditebak! Sebab, seiring berjalannya waktu, rencana keuangan saya harus berubah. Anggaran yang awalnya sudah dibuat secermat mungkin malah "melenceng". Semua itu terjadi karena saya harus mengeluarkan "biaya ekstra" untuk pengobatan ketika sakit dan bayar pajak kendaraan, yang "lupa" saya anggarkan sebelumnya. 

Makanya, setelah setengah tahun hidup hanya "mengandalkan" uang tabungan, saya sempat ketar-ketir. Sebab, "kapal keuangan" saya terus mengalami kebocoran, dan lubangnya semakin besar dari minggu ke minggu. Saya takut kalau hal itu terus terjadi, kapal itu akan "tenggelam" dan "lenyap".

Untungnya, momen tersebut berlangsung beberapa bulan saja. Sebab, saya kemudian diterima bekerja pada bulan April 2017, hingga saya bisa menambal "kapal keuangan" saya yang sempat bocor.

Setelah mendapat pekerjaan kembali, keuangan saya menjadi lebih stabil. Namun demikian, saya terus saja "dihantui" oleh last day. Sebab, saya mengetahui dan memahami bahwa karyawan itu ada batasan umurnya. Entah cepat, entah lambat, suatu saat, karyawan akan berjumpa dengan kata last day juga. Wkwkwk.

Oleh sebab itu, jauh-jauh hari, sebelum saya berjumpa dengan "si cantik" last day, saya harus mengatur keuangan saya sebaik mungkin. Jangan sampai kasus sebelumnya terulang dalam kehidupan saya pada masa depan. Makanya, saya melakukan apapun yang saya bisa untuk membangun "aset".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun