Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jelang Penutupan, IIBF 2017 di "Luar" Ekspektasi?

10 September 2017   16:59 Diperbarui: 12 September 2017   22:42 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana di pintu masuk iibf 2017 (dokumentasi pribadi)

Kemarin sore, setelah pulang dari acara Nangkring Kompasiana, saya menyempatkan diri mengunjungi Indonesia International Book Fair (IIBF) 2017 di Balai Sidang Jakarta. Sebetulnya saya sudah menantikan acara tersebut beberapa bulan sebelumnya. Makanya, saya "menaruh" ekspetasi besar pada event tersebut.

Saya berharap bahwa event tersebut akan sedahsyat Big Bad Wolf 2017 yang juga sempat saya kunjungi pada bulan April lalu di ICE BSD. Di pikiran saya sudah terbayang hal-hal "indah" bahwa di situ saya akan menjumpai "lautan" buku yang dipajang di stand-stand penerbit dengan harga yang sangat miring.

Maklum saja, sebagai seorang pecinta buku, pemandangan itu bahkan mungkin lebih menarik daripada lukisan Monalisa-nya da Vinci atau Sun Flower-nya van Gogh. Makanya, harapan itu terus "menggembung" layaknya balon.

Apalagi, di pintu masuk, saya melihat banyak orang berduyun-duyun memasuki lokasi. Wah! Saya tambah semangat. Saya merasa sudah siap memborong lusinan judul buku pada event itu. Tidak sia-sia saya menyiapkan bag dari rumah untuk menyimpan buku manakala buku yang dibeli tidak muat dimasukkan di tas yang saya bawa!

suasana di lobby (dokumentasi pribadi)
suasana di lobby (dokumentasi pribadi)
Namun demikian, setelah beberapa kali mengunjungi stand penerbit, saya "agak" kecewa karena buku yang dipajang di situ cukup mahal. Bahkan, harganya pun tak jauh beda dengan harga di toko buku langganan. Kalau begitu, apa bedanya kalau kita beli di toko buku lain? Saya sempat termenung sejenak sambil duduk melepas penat di kursi yang tersedia di dekat panggung.

Apakah buku-buku yang dibanderol "murah" sudah habis "disikat" pembeli lain? Bisa jadi. Soalnya, saya datang ke situ pada tanggal 9 September. Maklum saja, event itu sendiri sudah dibuka sejak tanggal 6 dan akan ditutup pada tanggal 10 september. Wah! Kalau begitu, saya sudah disalip orang nih. Hahahahahahaha.

Apalagi, pada hari pembukaan, telah hadir sejumlah tokoh besar di negeri ini, seperti Ibu Sri Mulyani, Ibu Susi Pudjiastuti, serta salah seorang penyair favorit saya, Sapardi Djoko Damono. Sayang ya Pak Sapardi, kita belum sempet bertemu. Padahal, hati ini ingin bapak menandatangi buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni, yang tak lekang digerus zaman itu. Mungkin kali lain kita bisa bersua sambil minum kopi. Hehehehehehehehe.

Biarpun ada embel-embel "international boof fair"-nya, pada event itu, saya malah hanya mencermati sejumlah penerbit dari beberapa negara, seperti China, Jerman, dan Arab Saudi. Di antara stand negara-negara tersebut, stand dari Arab Saudi-lah yang menyedot perhatian. Di situ, saya menyaksikan puluhan orang antre berbaris untuk mendapat tanda tangan penulis asal Arab Saudi yang kurang begitu saya kenal namanya.

keramaian di stand arab saudi (dokumentasi pribadi)
keramaian di stand arab saudi (dokumentasi pribadi)
Barangkali, di situ juga, orang bisa menukarkan kupon dooprise. Doorprise yang ditawarkan memang menggoda minat. Maklum saja, kalau dapat hadiahnya, kita bisa berangkat haji. Wow!

Namun demikian, kondisi sebaliknya justru tampak di stand-stand lainnya. Di stand penerbit asal China misalnya saya melihat jarang orang yang datang berkunjung. Makanya, di situ, orang hanya sekadar lewat tanpa tertarik oleh produk kebudayaan yang ditawarkan.

stand dari negara lain yang tampak sepi (dokumentasi pribadi)
stand dari negara lain yang tampak sepi (dokumentasi pribadi)
Namun demikian, suasana sepi itu "tergusur" oleh hentakan musik rock dari Marjinal Band. Di situ, grup band yang digawangi oleh empat orang tersebut membawakan lagu antikorupsi yang "asyik" di telinga. Buktinya, saya yang ogah mendengar musik cadas karena sering bikin sakit telinga saja sampai mengetak-entakan kaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun